Kamis, 18 Oktober 2012
Matahari tampak akan tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di
sekitar pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi mihrab Maryam.
Bau itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan sayapnya di
sekeliling gadis perawan yang khusyuk dalam solat tanpa seorang pun
mendengar suaranya. Maryam merasa bahawa udara dipenuhi dengan bau
harum yang mengagumkan. Ia kembali melakukan solatnya dengan
khusyuk dan mengungkapkan syukur kepada Allah SWT.
Seekor burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke
atas dan mengarahkan ke matahari serta mengepakkan kedua sayapnya
lalu ia terjun ke air dan mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang ringan
di sekitamya. Maryam ingat bahawa beliau lupa untuk menyirami pohon
mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua batu yang tumbuh di
luar masjid. Maryam menyelesaikan solatnya lalu ia keluar dari mihrab
dan menuju pohon. Belum selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga
para malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan
kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa
dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin
bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat
yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahawa pada hari-hari
terakhir terdapat perubahan pada suasana rohaninya dan fiziknya. Di
tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat
perubahan itu. Tetapi ia merasa bahawa darah, kekuatan dan masa
mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian
dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyedari bahawa ia sedang
gugup. Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya kekuatan
yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka
bertambahlah kekuatan dalam rohnya. Perasaan yang demikian ini justru
membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahawa ia akan
memikul tanggung jawab besar.
"Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong semasa dengan
kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahawa
Allah SWT telah memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya
penghulu para wanita dunia. Beliau adalah wanita terbesar di dunia. Para
malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama
orang-orang yang ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau
meningkatkan kekhusyukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah
SWT. Maryam lupa terhadap pohon mawar dan beliau kembali solat.
Maryam merasakan bahawa sesuatu yang besar akan terjadi padanya.
Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan itu
semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan tempat tidurnya sementara malam telah bangkit
sedangkan bulan duduk di atas singgahsananya di langit dan di
sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan putih. Kemudian
datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam solatnya.
Beliau menyelesaikan solatnya dan teringat pohon mawar itu lalu beliau
membawa air di suatu bejana dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di antara dua batu di tempat yang tidak jauh
dari masjid yang hanya ditempuh beberapa langkah darinya. Tempat itu
jauh dari jangkauan manusia sehingga tak seorang pun mendekatinya.
Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus bagi Maryam untuk
melakukan solat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati pohon
mawar itu dan menyiramnya. lalu beliau meletakkan bejana, kemudian
ia memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang
pada dua malam yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar suara derap kaki yang menggoncang bumi.
Beliau tidak mendengar suara kaki yang berjalan, tetapi beliau
mendengar suara kaki yang menetap di atas batu serta pasir. Maryam
merasakan ketakutan. Ia merasakan bahawa ia tidak sendirian. Ia
menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun.
Kemudian kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan
suatu cahaya yang berdiri di sana. Maryam gementar ketakutan dan
menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam dirinya, siapa gerangan
orang yang berdiri di sana. Maryam memandang kepada wajah orang
asing itu, dan menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat aneh, di
mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun kedua
matanya memancarkan kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang itu
justru menggambarkan kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang di lihat oleh Maryam kepada orang itu
mengisyaratkan, bahawa orang itu memiliki kemuliaan yang diperoleh
orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Maryam
bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian seakan-
akan orang asing itu membaca fikiran Maryam dan berkata: "Salam
kepadamu wahai Maryam." Maryam dibuat terkejut mendengar adanya
suara manusia di depannya. Maryam berkata sebelum menjawab
salamnya:
"Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya
kepadanya, "Apakah engkau manusia yang mengenal Allah SWT dan
bertakwa kepadanya?" Kemudian orang itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk
memberimu seorang anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat
itu dipenuhi cahaya yang menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya
matahari, cahaya bulan, cahaya lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api.
Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih. Kemudian terngianglah di
kepala Maryam kalimat: "Aku adalah seorang utusan Tuhanmu." Kalau
begitu, dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang telah
berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat kepalanya dengan gementar menahan luapan cinta.
Jibril berdiri di depannya dalam bentuk manusia. Maryam
memperhatikan kejernihan dahinya dan kesucian wajahnya. Benar apa
yang diduganya bahawa Jibril memiliki kemuliaan yang diperoleh orang
yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam
mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu
telah mengatakan bahawa ia adalah utusan Tuhannya, dan ia telah
datang untuk memberi Maryam seorang anak laki-laki yang suci. Maryam
ingat bahawa dirinya adalah seorang perawan yang belum tersentuh oleh
seorang pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh seseorang pun,
maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan. Fikiran-
fikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada
Jibril:
"Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki,
sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang penzina!" (QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan
agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai
rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata
kepadanya bahawa ini adalah perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang
diperintahkan-Nya pasti akan terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus
(ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh seorang manusia pun. Bukankah
Allah SWT menciptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan seorang ibu?
Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada lelaki dan wanita. Hawa
diciptakan dari Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki, tanpa
perempuan.
Biasanya manusia diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan;
biasanya ia memiliki ayah dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah
SWT menginginkannya untuk terjadi. Kemudian Jibril meneruskan
pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran
seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-
Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang yang terkemuka di
dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan
(kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang
soleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)
Kehairanan Maryam semakin bertambah. Betapa tidak, sebelum
mengandung anak itu di perutnya ia telah mengetahui namanya. Bahkan
ia mengetahui bahawa anaknya itu akan berbicara dengan manusia saat
ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakkan lisannya untuk
melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan
mengerahkan udara ke arah Maryam. Kemudian datanglah hembusan
udara yang bercahaya yang belum pernah di lihat sebelumnya oleh
Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan memenuhinya. Tak
sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang suci telah
pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah bergerak dan Maryam pun tampak menggigil.
Maryam segera kembali ke mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia
tenggelam dalam solat yang khusyuk dan ia pun menangis. Maryam
merasakan kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta kedamaian
yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril
meninggalkannya, ia merasakan bahawa ia tidak lagi sendirian. Ia
menggerakkan tangannya yang dipenuhi dengan cahaya, kemudian
cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi anak, seorang anak yang
akan menjadi kalimat Allah SWT dan roh-Nya yang diletakkan pada
Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul dan nabi
yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur dengan nyenyak dan ia bangun di waktu
Subuh. Belum lama ia membuka kedua matanya sehingga ia dibuat
terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan buah-buahan yang
sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia mulai
mengingat apa yang telah terjadi padanya kelmarin, yaitu bagaimana
kejadian saat menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan
malaikat Jibril, bagaimana Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya,
bagaimana ia kembali ke mihrab, dan bagaimana tidurnya yang nyenyak.
Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat buah-buahan yang
banyak: Apakah aku akan memakan sendirian buah-buahan ini. Kemudian
ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi sendirian wahai
Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan baik. Dan
Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi hari. Kandungan Maryam berbeza dengan
kandungan umumnya wanita. Ia tidak merasakan sakit dan tidak merasa
berat; ia tidak merasakan sesuatu telah bertambah padanya dan
perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita. Alhasil, kehamilan
yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan yang
ke sembilan. Ada sebahagian ulama yang mengatakan bahawa Maryam
tidak mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya
secara langsung sebagai mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa
bahawa sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat
sesuatu itu. Kakinya membimbingnya untuk menuju tempat yang
dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh
seseorang pun kerana saking jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh
seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang mengetahui Maryam bahawa sedang hamil dan ia
akan melahirkan. Mihrab yang menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup.
Orang-orang mengetahui bahawa Maryam sedang sibuk beribadah dan
tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk beristirahat di
bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan
sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya,
Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar)
pada pangkal pohon kurma, ia berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum
ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam:
23)
Rasa sakit
saat melahirkan anak yang dialami wanita suci ini menimbulkan
penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana manusia akan
menyambut anaknya ini? Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah mereka
mengetahui bahawa ia adalah wanita yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis
perawan bisa melahirkan? Apakah manusia akan membenarkan Maryam yang melahirkan
anak itu tanpa ada seseorang pun yang menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan
keraguan mulai menyelimutinya. Maryam berfikir bagaimana reaksi manusia
kepadanya dan bagaimana perkataan mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi
dengan kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan meminta agar ia dimatikan
dan dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu
memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah
menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, nescaya pohon itu akan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu makan,
minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka
katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari
ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam
melihat al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan
rambutnya tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia
berkulit lembut dan putih. Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih sayang;
anak itu berbicara kepada Maryam agar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta
padanya agar menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya
sebahagian buahnya yang lazat dan Maryam dapat memakan dan meminum darinya
sehingga hatinya pun penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak berfikir
tentang sesuatu pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia
berkata kepada mereka bahawa ia bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan
tidak berbicara kepada seseorang pun.
Maryam
melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa saat
tetapi ia langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya,
ia akan memikul penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahawa wajah anak
itu menyiratkan tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahawa
ia datang ke dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk
memberinya segala sesuatu. Maryam menghulurkan tangannya ke pohon kurma yang
besar. Belum lama ia menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang
masih muda dan lazat. Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku anaknya
dengan penuh kasih sayang.
Saat itu,
Maryam merasakan kegoncangan yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan
kegelisahan menghampirinya. Segala fikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa.
Ia bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya,
apa yang akan mereka katakan tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap
Maryam, apakah para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya bahawa Maryam
melahirkan seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka
terbiasa hidup dengan suasana pencurian dan penipuan? Apakah seseorang di antara
mereka akan percaya - padahal ia jauh dari langit - bahawa langit telah
memberinya seseorang anak.
Akhirnya,
masa pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali ke kaumnya.
Maryam kembali dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak di jalan
yang dilalui Maryam menuju masjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk dengan
jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama
Maryam melewati pasar itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak kecil
yang didakapnya. Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih
perawan? Lalu, anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu
adalah anaknya." Mari kita dengar cerita apa yang akan disampaikannya. Akhirnya,
orang-orang Yahudi mulai "mengepung" dengan berbagai macam pertanyaan: "Anak
siapa ini wahai Maryam, mengapa engkau tidak mengembalikannya, apakah itu memang
anakmu, bagaimana engkau datang dengan membawa seorang anak sedangkan engkau
adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah
seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang penzina." (QS. Maryam:
28)
Maryam
dituduh melakukan pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih dahulu
mendengarkan sanggahannya atau mengadakan penelitian atau membuktikan bahawa
perkataan mereka memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan,
bahawa bukankah ia seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah
ibunya seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini terjadi padanya? Menghadapi semua
tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya
dipenuhi dengan cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan
keadaan semakin sulit, maka Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia
menunjuk ke arah anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk
Isa.
Orang-orang yang ada di situ tampak kebingungan. Mereka
memahami bahawa Maryam berpuasa dari berbicara dan meminta kepada mereka agar
bertanya kepada anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana mereka akan
melontarkan pertanyaan kepada seorang anak kecil yang baru lahir beberapa hari?
Apakah anak itu akan berbicara di buaiannya" Mereka berkata kepada
Maryam:
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih
dalam ayunan?" (QS. Maryam: 29)
Berkata
Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab
(injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan)
solat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan
Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. " (QS. Maryam:
30-33)
Belum
sampai Isa menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari
kalangan Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi
di depan mereka secara langsung. Anak kecil itu berbicara di buaiannya; anak
kecil yang datang tanpa seorang ayah; anak kecil yang mengatakan bahawa Allah
SWT telah memberinya al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahawa
kekuasaan mereka sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan
menjadi tidak berarti ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara
mereka yang dapat "menjual pengampunan" kepada manusia atau menghakimi mereka
melalui penyataan bahawa ia adalah wakil dari langit yang turun di bumi. Atau
pernyataan, bahawa hanya dia yang mengetahui syariat.
Para
pendeta Yahudi merasa akan terjadi suatu tragedi keperibadian yang akan datang
kepada mereka dengan kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih berarti
mengembalikan manusia kepada penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini
berarti menghapus agama Yahudi yang sekarang mereka yakini. Perbezaan antara
ajaran- ajaran Musa dan tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai
perbezaan antara bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan. Para
pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana ia berbicara di
masa buaian. Mereka justru menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan
yang besar. Mereka menuduh Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka
menyaksikan sendiri mukjizat pembicaraan anaknya di masa
buaian.
Mula-mula cerita tentang itu mereka sembunyikan untuk
beberapa saat. Meskipun demikian, berita tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim
Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang Palestina dan orang- orang Yahudi
dengan kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti mereka dengan menumpahkan darah serta
banyaknya mata-mata yang dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk di istananya dan
meminum anggur. Lalu ia mendengar berita yang samar tentang kelahiran seseorang
anak tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia mampu berbicara saat masih di
buaian, lalu ia menyampaikan pembicaraan yang menjurus pada ancaman terhadap
kekuasaan Romawi. Kemudian bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia
memerintahkan untuk diadakan suatu pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para
pengawalnya dan para mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk
dengan wajahnya yang hitam mengkilat, lalu ia memutarkan pandangannya ke arah
mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana berita anak kecil yang berbicara di
buaiannya?"
Salah
seorang kepala mata-mata berkata: "Tampak bahawa masalahnya tidak benar. Kami
telah mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan bahawa ia membuat
mukjizat dengan berbicara saat ia masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku
untuk mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Jelas bagi
kami, bahawa berita itu dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu anggota mata-mata
raja berkata: "Aku telah mendapatkan bukti yang terpercaya bahawa tiga orang
dari orang-orang Majusi datang di balik suatu bintang yang mereka lihat menyala
di suatu langit dan bintang tersebut mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang
membawa mukjizat, yaitu anak kecil yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim
berkata: "Bagaimana ia dapat menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang
diselamatkannya?" Salah seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak
mengetahuinya kerana orang-orang pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang
pun menemukan mereka."
Hakim
berkata: "Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana cerita
anak kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk menentang Romawi?" Hakim
melompat dari tempat duduknya ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara
dengan keadaan emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan
aku juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku menginginkan informasi yang
lengkap. Sungguh masalah ini semakin samar hai orang-orang yang bodoh." Lalu
kepala mata-mata berkata: "Barangkali ini hanya mimpi yang dibayangkan
orang-orang Yahudi bahawa mereka melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh
kepala-kepala kalian semua akan terbang lebih cepat dari merpati jika kalian
tidak mendatangkan cerita secara lengkap tentang anak ini. Kebingungan dan
kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari sini."
Anak
buah Heradus dan para mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk memikirkan
masalah tersebut. Tampaknya masalah itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak
peduli dengan kedatangan agama baru kepada manusia tetapi yang difikirkannya
adalah kekuasaan Romawi yang ia menjadi simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan
untuk memanggil pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini.
Para pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama
orang Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus berkata: "Aku ingin berbicara
kepadamu tentang suatu masalah yang sangat menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu
berkata: "Aku ingin mengabdi kepadamu."
Heradus
berkata: "Aku mendengar berita-berita yang saling berlawanan tentang anak kecil
yang bisa berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan bahawa ia akan
menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana berita yang sebenarnya tentang itu?"
Pendeta itu berkata - dan ia merasa bahawa pertanyaan itu sepertinya berupa
jebakan yang tidak diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli
dengan agama Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli
sedikit pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah pertanyaanku wahai pendeta."
Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa berbicara di buaiannya. Ia memahami bahawa
seandainya ia mengatakan itu, maka ia akan mendapatkan penderitaan pada dirinya,
maka ia lebih memilih sedikit berbohong. Ia berkata kepada Heradus bahawa ia
mendengar cerita itu tetapi ia meragukannya.
Heradus
berkata: "Apakah benar agama kalian berbicara tentang kedatangan seorang
penyelamat bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang
mulai." Heradus berkata: "Apakah kalian mengetahui ini adalah persekongkolan
menentang keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian menyedari ini adalah bentuk
pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap tuan membiarkan aku meluruskan suatu
pemikiran yang sederhana. Berita tentang hal itu adalah berita yang kuno. Berita
ini diyakini ketika rakyat menjadi tawanan di Bebel sejak ratusan
tahun."
Heradus
berkata: "Apakah memang di sana ada yang membenarkan berita ini? Sekarang,
apakah kamu secara peribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu
yang mereka katakan bahawa ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu
berkata: "Apakah ada seorang yang percaya wahai tuan yang mulia jika dikatakan
ada seorang anak yang lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi rakyat
biasa."
Heradus
berkata: "Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang penguasa
selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar
berita-berita, maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada
isterimu." Belum lama pendeta itu pergi sehingga Heradus berfikir, bagaimana
seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap benang kebohongan pada kedua
matanya. Ia mengetahui kebohongan ini kerana ia sendiri sangat pandai berbohong.
Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik yang mereka mengikuti bintang?
Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang Romawi yang tidak
diketahuinya?
Heradus
berteriak di tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk menangkap
semua orang yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat akibatnya. Mula-mula
dia memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan
membunuh setiap anak yang lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari
Palestina menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah kepadanya
seseorang yang belum pernah dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam
kepadanya serta menyerukannya dan sambil berkata: "Bawalah anakmu wahai Maryam
dan keluarlah menuju Mesir." Dengan nada ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa?
Bagaimana aku keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana aku bisa mengenali jalan?"
Orang asing itu menjawab, "Keluarlah engkau nescaya Allah SWT akan melindungimu.
Sesungguhnya Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin
membunuhmu."
Maryam
bertanya: "Kapan aku keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga.
Janganlah engkau khawatir sedikit pun kerana engkau keluar bersama seorang Nabi
yang mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka.
Demikianlah hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan
kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgahsananya.
Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam
melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam berjalan
membawa Isa di jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan
kepada Nabi Musa api yang suci dan beliau dipanggil dari sisi thur al-Aiman.
Setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam sampai di Mesir.
Mesir yang dipenuhi dengan kebaikan, kemuliaan, kebudayaan klasik serta cuacanya
yang stabil mempakan tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa
as.
Al-Masih
tumbuh dan berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian datanglah
kepada Maryam orang asing yang telah memerintahkannya untuk meninggalkan
Palestina. Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke Palestina. Orang asing
itu berkata kepadanya: "Raja yang lalim telah mati, maka kembalilah bersama
anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan emas bagi Isa untuk menduduki
singgahsananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang fakir dan orang-orang
yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun kembali. Dalam perjalanan
Maryam melalui banyak mata air di sungai Jordania.
Isa pun
tumbuh menjadi dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan
menuju tempat penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di
sana tidak ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api
atau memadamkannya pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang
bagi seorang wanita untuk membikin adunan roti atau seseorang anak kecil mencuci
anjingnya. Nabi Musa telah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya
mengkhususkanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat
hikmah di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang
sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan
berbagai macam tradisi dan mereka mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk
menjaga hari Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahawa hari
Sabtu adalah hari yang dijaga dari langit sebelum Allah menciptakan manusia
sebagaimana mereka percaya bahawa Bani Israil telah diberikan pilihan kepada
satu jalur saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka bangga kerana mereka dapat
menjaganya meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah di kancah peperangan atau
mereka tertawan di tangan musuh. Bahkan saking ketatnya mereka mempertahankan
kehormatan hari Sabtu sampai- sampai mereka menambah-nambahi berbagai macam
larangan di hari Sabtu. Majlis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang
tidak boleh dilakukan di hari Sabtu, seseorang dilarang untuk memakai gigi palsu
di hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang untuk memakai perban atau memakai
minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu atau memanggil doktor. Dilarang pula
di hari Sabtu untuk menulis dua huruf abjad; dilarang juga untuk mempertahankan
diri pada hari Sabtu; dilarang untuk panen dan belajar di hari Sabtu. Kemudian,
berpergian di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih dari dua ribu ela.
Dilarang juga di hari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar
rumah.
Jadi,
banyaknya syariat, hukum serta larangan-larangan biasanya diikuti dengan
banyaknya keburukan atau paling tidak membantu terciptanya keburukan. Setiap
timbul suatu larangan, maka timbul bersamanya cara untuk menghindar darinya.
Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan kemunafikan yang luar biasa
di mana secara lahiriah mereka menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu,
tetapi secara batiniah mereka berusaha menodai kehormatan dengan berbagai macam
cara.
Meskipun
kelompok Farisiun bertanggungjawab terhadap tugas pelaksanaan syariat dan
mengawasinya dengan banyak mendapatkan jaminan-jaminan, maka kita akan melihat
bahawa mereka siap untuk menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang
memungkinkan mereka untuk menghindar dari hukum-hukum syariat di saat yang
tepat. Saat yang tepat adalah saat di mana syariat-syariat tersebut bertentangan
dengan kepentingan peribadi mereka atau dapat menjadi penghalang bagi mereka
untuk mendapatkan mata pencarian yang haram yang sudah siap masuk pada kantung
mereka. Misalnya, terdapat kaedah syariat yang menetapkan perjalanan pada hari
Sabtu tidak boleh melebihi dua ribu ela. Namun orang-orang Farisiun mengadakan
walimah di mana mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri acara tersebut
pada hari Sabtu, padahal tempat diadakannya acara itu berjarak lebih dari dua
ribu ela dari rumah mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal
tersebut? Sangat mudah sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu sebahagian
makanan yang berjarak dua ribu ela dari rumah mereka lalu setelah itu mereka
mendirikan suatu tempat tinggal di mana mereka dapat berjalan setelahnya dan
menempuh dua ribu ela yang lain. Dari sini mereka dapat menambah jarak yang
mereka inginkan. Begitu juga agar mereka menghindar dari larangan membawa
sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka membuat tipu daya yang lain.
Yaitu mereka mendirikan gerbang-gerbang pintu dan jendela di berbagai jalan
sehingga seluruh kota seperti rumah besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk
membawa segala sesuatu dan bergerak di dalamnya.
Contoh
lain yang menunjukkan bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syariat
sedangkan mereka mengklaim menjaganya adalah, bahawa syariat Musa menetapkan
agar seorang anak menginfaki kedua orang tuanya saat mereka menginjak usia tua
dan memerlukannya. Tetapi kaum Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk lari dan menghindar dari tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang
sederhana. Ketika seorang anak dituntut oleh kedua orang tuanya untuk memberi
nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan bersepakat kepada mereka untuk
mewakafkan semua hartanya dan kekayaannya kepada haikal, yaitu tempat sembahan
kaum Yahudi. Saat itu kedua orang tuanya tidak mampu mengambil sesuatu pun
darinya. Ketika mereka berdua telah putus asa dan tidak lagi menuntut padanya
untuk memberi nafkah, maka semua harta kekayaannya akan dikembalikan kepadanya
oleh para pendeta, dengan catatan hendaklah ia memberikan bahagian tertentu dari
hartanya kepada para pendeta itu. Demikianlah yang terdapat dalam Injil
Mata.
Di
tengah-tengah suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat
sikap keras kepala dan kejumudan berfikir yang mengelilingi kaum Yahudi.
Terdapat tujuh tingkat kesucian dan dua puluh enam solat yang harus mereka
lakukan saat mereka membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun mereka
menganggap bahawa meniadakan pembacaan solat-solat sebagai bentuk pembunuhan
terhadap jiwa dengan cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan abadi.
Demikianlah kekerasan sikap masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahawa moral
mereka telah rosak dan dipenuhi dengan kemunafikan yang tiada
taranya.
Sementara itu, Isa berjalan menuju tempat beribadah.
Orang-orang berjalan di sekelilingnya. Mereka tampak membanggakan pakaian-
pakaian yang berwarna dan berharga sedangkan Isa berjalan dengan memakai baju
putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa tampak lembut yang mencapai kedua
bahunya dan tampak ia basah terkena air awan yang menurunkan gerimis. Kemudian
kedua kakinya berjalan di atas tanah sehingga tanah itu dipenuhi dengan bau
harum yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang dipakai oleh Isa terbuat dari
bulu domba yang sangat sederhana dan kasar. Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa
memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua buah yang beliau berikan kepada
anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan semacam ini menurut kepercayaan Yahudi
dianggap sebagai tindakan yang menentang agama Yahudi.
Isa
mengetahui bahawa menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan
luaran sementara hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh kerana itu, Isa mencabut
buah dan memberikan makan kepada manusia pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api
untuk wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati
kedinginan.
Isa
sering mengunjungi tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan
mengamati para pendeta dan manusia yang hilir mudik di sekitarnya. Sesampainya
Isa di tempat sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada
di dalamnya. Dinding-dinding tempat beribadah itu terbuat dari kayu gaharu yang
memiliki bau yang harum. Di samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat
dari kain-kain yang mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat
lampu-lampu yang terhulur dari atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi
ruangan dengan cahaya. Meskipun demikian, kegelapan menyelimuti hati orang-
orang yang ada di situ.
Nabi Isa
berdiri cukup lama di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan
wajahnya, ia mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta.
Nama-nama mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah kaum Waliyun yang memakai
saku-saku yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum
Farisiun, mereka memakai pakaian yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan
emas. Mereka adalah pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju mereka
yang putih. Adapun kaum Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat yang
bersekutu dengan penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui persekutuan
ini. Nabi Isa memperhatikan bahawa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit
daripada jumlah para pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu
dipenuhi dengan kambing dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung tempat
penyembahan itu. Mereka menyerahkannya sebagai korban kepada Allah. Yaitu korban
yang disembelih di dalam tempat persembahan di atas tempat penyembelihan.
Alhasil setiap langkah yang diayunkan oleh para pejalan di tempat penyembahan
itu akan menghasilkan wang.
Di
tempat penyembahan Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai
satu-satunya yang disembah oleh manusia di zaman itu adalah wang. Jadi,
kemewahan materi atau kekayaan adalah nilai satu-satunya yang kerananya manusia
akan bergulat satu sama lain. Dalam hal itu, tidak ada perbezaan antara
tokoh-tokoh pembawa ajaran syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun
dan kaum Farisiun bekerja sama di antara mereka di dalam haikal itu seakan-akan
mereka di dalam suatu pasar di mana mereka memanfaatkannya untuk diri mereka
dengan terus mencari korban-korban di dalamnya. Sering kali kaum Shaduqiyun dan
Farisiun berseteru dalam persoalan syariat dan hukum. Demikian juga, mereka
berseteru dalam menentukan korban yang harus mereka raih di haikal itu. Kaum
Farisiun berpendapat bahawa haiwan-haiwan korban itu harus dibeli dari harta
haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahawa harta dari haikal adalah hak
mereka. Oleh kerana itu, mereka menganggap bahawa haiwan korban itu harus dibeli
dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan untuk membakar
haiwan yang disembelih di atas tempat penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun
mereka mengambil haiwan sembelihan ini untuk diri mereka
sendiri.
Di dalam
Talmud disebutkan bahawa kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko mereka
yang mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak kesempatan-kesempatan yang
diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga
seekor burung merpati saja mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu
tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya
mengurangi kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya seseorang
menyerahkan merpati sebagai korban. Setelah itu, harga burung cuma mencapai
seperempat Dinar. Pergelutan antara kedua kelompok itu mendatangkan pukulan
berat bagi pemilik toko yang menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari
kepala pendeta.
Nabi Isa
memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir
yang tidak mampu membeli haiwan korban sehingga mereka tidak mampu berkorban;
Nabi Isa melihat bagaimana para pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka
seperti serigala yang buas. Nabi Isa berfikir di dalam dirinya, mengapa
binatang-binatang itu mereka bakar lalu dagingnya menjadi asap di udara, padahal
di sana terdapat ribuan kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka mengira
bahawa Allah SWT redha ketika tempat penyembelihan dilumuri dengan darah, lalu
haiwan korban itu dibawa ke rumah-rumah para pendeta dan toko-toko mereka untuk
dijual? Mengapa orang-orang fakir banyak berhutang dan mengeluarkan banyak wang
untuk membeli binatang-binatang korban? Mengapa binatang-binatang korban itu
harus dimiliki dan hanya dirawat oleh para pendeta lalu apa yang mereka lakukan
dengan wang-wang ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang fakir di haikal itu?
Bukankah hal yang aneh ketika seseorang memasuki rumah dengan keharusan membawa
wang?
Nabi Isa
pergi dari tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju gunung. Dada
Nabi Isa dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar.
Wajahnya tampak semakin pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi
dunia. Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan solat.
Titisan-titisan air mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi
Isa mulai merenung dan menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati kerana
kehausan lalu ketika ia mendapatkan titisan air mata al-Masih, maka bunga itu
mekar kembali dan mendapatkan kehidupan. Titisan air mata al-Masih
menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan menyelamatkan manusia dengan
dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula, dua orang Nabi yang mulia
meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh
oleh penguasa. Sejak kepergian mereka berdua, bumi kehilangan banyak dari
kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT
memutuskan perintah- Nya agar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa
menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan
tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan
serta penderitaan: beliau mulai berdakwah di jalan Allah SWT; beliau mulai
membangun kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan
yang penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan roh. Kerajaan yang
memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan rohani.
Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan.
Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehidupan orang-orang
Yahudi.
Syariat
Musa menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barang siapa yang memukulmu di pipi
sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah
orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu
untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas
hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya, mamun jika ia tidak mampu, maka
hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi
dengan dendam kerana ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi,
kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau
adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun
syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati
yang penuh dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa
terhadap semua ini? Allah SWT telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang
dibawa oleh Musa sebagaimana Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang
nabi tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata
rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan kesucian dan mempertahankan
kebenaran serta mengesakan Allah SWT.
Kemudian
apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas tersebut? Yang jelas,
tindakan yang dilakukan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatinya dari
Allah SWT. Nabi Isa mengembalikan kaum kepada tujuan asli dari syariat. Nabi Isa
mengembalikan mereka kepada hikmah syariat yang asli. Nabi Isa mengembalikan
mereka kepada cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun kepada orang yang
memukul pipi sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi
sebelah kanannya. Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah
syariat Nabi Isa yang tidak berbeza sedikit pun dengan syariat Nabi Musa. Ia
merupakan kedalaman yang mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi Isa
ingin menetapkan kepada kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang penting.
Nabi Isa ingin memberitahu mereka bahawa syariat bukan mengajari kalian untuk
meletakkan dendam pada diri kalian lalu kalian memukul lawan kalian. Syariat
yang hakiki adalah, hendaklah kalian menebar kasih sayang, pemaaf, dan
cinta.
Terdapat
banyak binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu mencintai diri
mereka sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi makanan dan minuman.
Mereka memberikan makan kepada anak- anaknya. Perbezaan antara manusia dan
binatang adalah perbezaan pada tingkat cinta. Haiwan tidak akan mampu melampaui
darjat cintanya kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, haiwan tidak
dapat membagi cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan
hal itu. Di situlah manusia mampu dapat mencapai kemuliaannya dan
kemanusiaannya. Al-Masih memberitahu kaumnya bahawa manusia tidak akan menjadi
manusia sempurna kecuali setelah ia mencintai orang lain sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.
"Aku
mendengar bahawa dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang dekat denganmu
dan membenci musuhmu, sedangkan aku berkata kepada kalian, cintailah musuh
kalian dan doakanlah orang yang melaknati kalian. Berbuat baiklah kepada
pembenci kalian dan solatlah untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalian."
(Injil Mata).
Dakwah
Nabi Isa datang dan menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk luaran. Jika kita
berusaha membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka
pada hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menghapus bidaah yang dilakukan
oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan
hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa
materialisme yang sangat luar biasa dan dunia dipenuhi dengan penyembahan
terhadap emas dan tersebarnya berbagai macam kejahatan, muncullah dakwah
al-Masih sebagai reaksi ideal yang menunjukkan ketinggian dan kesucian. Al-Masih
mengetahui bahawa ia mengajak manusia untuk menciptakan perilaku ideal dalam
kehidupan; Al-Masih menyedari bahawa dakwahnya penuh dengan idealisme tetapi
idealisme ini sendiri pada saat yang sama merupakan solusi satu-satunya untuk
mengubati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular; Al-Masih
mengetahui bahawa tidak semua manusia tidak mampu untuk mencapai puncak yang
diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setiap orang berusaha sedikit
mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah
Nabi Isa terdiri dari kesudian yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan untuk
menyelamatkan roh atau dakwah yang dapat dianggap sebagai pedoman perilaku
individu, bukan suatu sistem perincian-perincian tersebut dan hanya memfokuskan
kepada sumber utama, yaitu roh. Isa ingin menghidupkan rohani manusia dan
membimbingnya untuk mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh kerana itu, Isa datang
dengan didukung oleh Ruhul kudus. Ruhul kudus adalah Jibril. Kita tidak
mengetahui bagaimana Allah SWT memperkuat Isa dengan Roh Kudus: apakah Jibril
menemaninya dan menyertainya sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada nabi
untuk menyampaikan risalah atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan
hukuman atas kaumnya, tetapi ia tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh
kerana itu, apakah memang Jibril menemani Isa sehingga beliau diangkat ke
langit?
Hampir
saja hati menjadi tenang dengan tafsiran ini kerana dalam kehidupan Nabi Isa
terdapat sisi-sisi malaikat di mana beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa
yang berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan beliau sampai pada batas
menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, beliau
memiliki kemampuan yang luar biasa di mana beliau dengan hanya meniupkan pada
suatu tanah, maka tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin
Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati wanita sepanjang
hidupnya sehingga beliau diangkat oleh Allah SWT. Beliau tidak menikah. Ini juga
sifat malaikat di mana kita saksikan bahawa sebahagian para nabi yang diutus
oleh Allah SWT dan memiliki beberapa wanita bahkan kitab-kitab Yahudi
menyebutkan bahawa jumlah isteri- isteri nabi mereka Sulaiman misalnya, mencapai
seribu wanita.
Isa
hidup dalam keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu
Yahya. Jika Yahya khusyuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun bahkan dia
menginap di gua, maka hal itu adalah hal yang alami baginya, sedangkan Isa hidup
justru di tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa
tidak terkait hubungan dengan seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat
yang diperolehnya yang luar biasa yang berhubungan dengan roh, tetapi yang lebih
dari itu adalah, bahawa beliau didukung oleh Ruhul kudus sepanjang masa
dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak seorang pun dari para nabi
sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putera
Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan
kamu dengan roh kudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam
buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis,
hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari
tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup
padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan
(ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu
dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu
mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan
(ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh
kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan- keterangan yang nyata,
lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya sihir
yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia:
'Berimanlah kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman
dan saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya kami adalah orang- orang yang
patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa.
Pertama, bahawa beliau mampu berbicara dengan manusia saat beliau masih di
buaian. Kedua, beliau diajari Taurat dan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa
telah tersembunyi dan telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh orang-orang
cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau membentuk tanah seperti burung kemudian
meniupkannya lalu tanah itu menjadi burung. Keempat, beliau mampu menghidupkan
orang-orang yang mati. Kelima, beliau mampu menyembuhkan orang yang buta dan
orang yang belang. Terdapat mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam Al-Quran
al-Karim:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa
putera Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?'
Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang
beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram
hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan
kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putera Maryam
berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari
langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi
orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda
bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling
Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu
kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka
sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah Aku timpakan
kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)
Mukjizat
yang keenam itu adalah turunnya makanan dari langit kerana permintaan Hawariyin.
Juga terdapat mukjizat yang ke tujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu beliau
diberi kemampuan melihat hal-hal yang ghaib melalui panca inderanya meskipun
beliau tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh kerana itu, beliau memberitahu
kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang
mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan aku khabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa
yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu
tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu benar-benar beriman. " (QS. Ali
'Imran:: 49)
Inilah
mukjizat Nabi Isa yang ke tujuh yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang
sangat mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat
berikutnya di mana beliau diangkat dari bumi ke langit ketika penguasa yang
lalim berusaha menyalibnya. Barangkali pembaca akan bertanya-tanya: mengapa
mukjizat-mukjizat seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahawa
mukjizat adalah hal yang luar biasa yang Allah SWT berikan kepada nabi-Nya.
Tetapi pemberian itu menjadi sempurna jika mukjizat itu disesuaikan dengan
keadaan zaman diutusnya nabi tersebut sehingga mukjizat itu sangat berpengaruh
dalam jiwa kaum dan mampu menggoncangkan hati mereka dan menjadikan mereka
beriman kepada pemilik mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi suatu hal yang luar
biasa. Oleh kerana itu, Allah SWT berkehendak agar mukjizat ini sesuai dengan
zaman diutusnya nabi tersebut.
Jadi,
setiap mukjizat yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus
di tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seekor unta yang melahirkan dari
gunung atau mampu membelah batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di
tengah-tengah kaum yang gemar memainkan sihir sehingga sihir mendapat tempat
istimewa. Oleh kerana itu, mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya
seakan-akan menyerupai sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru menjatuhkan
sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang menjadi ular dan kemudian ular itu
memakan tongkat-tongkat para tukang sihir.
Lain
halnya dengan Nabi Isa, beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis yang
mengingkari roh dan hari kebangkitan. Mereka menduga bahawa manusia hanya
sekadar tubuh tanpa roh. Mereka adalah kaum yang meyakini bahawa darah makhluk
adalah rohnya atau jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahawa
tafsir an-Nafst adalah darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah engkau memakan
darah dari tubuh manusia kerana jiwa setiap tubuh adalah darahnya.
"
Nabi Isa
diutus di tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang dasarnya
mengatakan bahawa penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti sebab dari
akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang
materialis ini, di mana roh diingkari, maka secara logik mukjizat Nabi Isa
terkait dengan usaha menunjukkan alam rohani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa
seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan bahawa
alam memiliki sumber pertama. Jelas bahawa alam tidak memiliki wujud yang
mendahuluinya. Kita berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi
segala sesuatu dan menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses
kelahiran anak berasal dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini
sendiri menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan
Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak- Nya yang bebas, Dia
mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir.
Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan roh
kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan
Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta
alam. " (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar biasa yang
menegaskan dua hal: pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya
dengan sebab kerana Dia adalah Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya roh dan
menjelaskan kedudukannya serta nilainya di antara kaum yang hanya mementingkan
fizik sehingga mereka mengingkari roh. Seandainya kita mengamati sebahagian
besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan melihatnya dan mendukung pandangan
tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang mampu membentuk tanah seperti burung
lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu menjadi burung. Mukjizat ini pun
menguatkan adanya roh. Semula ia berupa tanah yang bersifat fizik yang tidak
dapat disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi Isa meniupnya, maka segenggam
tanah itu menjadi burung yang memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu yang bukan
fizik masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah roh. Roh itu masuk ke dalam tanah
sehingga ia menjadi burung. Jadi, roh adalah nilai yang hakiki, bukan jasad atau
fizik. Di samping itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati.
Bukankah ini juga menunjukkan adanya roh dan adanya hari akhir atau hari
kebangkitan. Orang yang mati telah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya
telah hancur berantakan sehingga ia hampir menjadi tulang-belulang yang hancur
lalu al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari
kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya berupa fizik sebagaimana
dikatakan orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan mampu bangkit dari kematiannya
kerana fiziknya telah hancur tetapi mayat itu mampu bangkit dari kematian.
Jayanya kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya serta berbicara. Jadi, roh
adalah nilai yang hakiki. bukan fizik atau jasad. Kalau begitu, di sana terdapat
hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini bukanlah mustahil sebagaimana yang
dikatakan orang-orang Yahudi, kerana setelah kematian jasad menjadi tanah yang
berterbangan di udara. Itu bukan mustahil tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil
dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang yang telah mati di hadapan mata
kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah menghidupkan mereka agar kaumnya yakin
bahawa kiamat fizik akan terjadi dari kematian dan itu adalah benar dan bahawa
hari akhir adalah benar.
Juga
terdapat mukjizat yang lain, yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya tentang apa
yang mereka simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih dahulu beliau masuk ke
rumah mereka atau dapat bocoran dari seseorang. Mukjizat ini menetapkan bahawa
panca indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di
rumah mereka tetapi rohnya mampu untuk melihat dan berbicara atau memberitahu
mereka. Jadi, rohani adalah nilai yang hakiki, bukan fizik. Demikianlah
mukjizat-mukjizat Isa datang untuk memberitahukan pentingnya roh dan kebebasan
kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi Isa - sebagaimana dikatakan oleh guru
kami Muhammad Abu Zahra' - termasuk dari jenis propagandanya dan sesuai dengan
tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik rohani dan keimanan kepada hari
kebangkitan dan hari kemudian, dan di sana ada kehidupan lain di mana seseorang
yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang yang berbuat buruk akan
dibalas keburukannya.
Lalu,
apakah mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati masih memberikan celah kepada
para pengingkaran akhirat untuk terus mengingkarinya atau memberikan ruangan
kepada penentang hari kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami telah
mengatakan bahawa orang-orang Yahudi telah diracuni dengan fikiran
ketidakpercayaan atau penentangan pada hari akhirat serta tidak beriman kepada
hari akhir, maka menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai
oleh Isa menjadi suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka beriman,
tetapi mereka masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa
menutup lembaran kehidupannya yang lembut dan ia mulai berdakwah di jalan Allah.
Beliau didukung oleh Ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-Quran
al-Karim menceritakan kepada kita bahawa esensi dakwah al-Masih tidak banyak
berubah dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang
intinya adalah menebarkan tauhid yang sempurna hanya serta menyerahkan diri
kepada Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian."
Al-Quran
memberitahu kita bahawa yang mengatakan kalimat tersebut adalah Isa. Kalimat
tersebut adalah kalimat yang sama yang pernah disampaikan seluruh nabi, meskipun
nama mereka, sifat mereka, mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka, usia
mereka, bentuk mereka, dan warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua
bersepakat untuk menyuarakan Islam dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT
serta beriman bahawa Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada
sekutu bagi-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak
beranak dan tidak diperanakkan dan tiada sesuatu pun yang
menyerupai-Nya.
Isa
tidak mengatakan persoalan tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang
pernah disampaikan oleh para nabi. Al-Quran datang kira- kira setelah lima ratus
tahun dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang azali
mengetahui apa yang terjadi di tengah- tengah kaum Masehi di mana mereka
berselisih tentang hakikat Isa. Oleh kerana itu, Al-Quran al-Karim berusaha
menyingkap dialog mereka yang belum terjadi. Allah SWT
berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putera
Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua
orang tuhan selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi
saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau
wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. al-Maidah:
116-117)
Al-Quran
secara tegas mengatakan bahawa dakwah al-Masih adalah dakwah tauhid. Al-Quran
ingin mengatakan bahawa al-Masih terlepas dari segala tuduhan yang dialamatkan
kepadanya, yaitu tuduhan bahawa ia anak Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri.
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan
kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu."
Nabi Isa
pergi berdakwah di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahawa tidak ada
perantara antara Pencipta dan makhluk; tidak ada perantara antara seorang
penyembah dan yang disembah. Allah SWT menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa.
Ia adalah kitab suci yang datang untuk membenarkan Taurat dan berusaha
menghidupkan syariatnya yang pertama. Injil adalah cahaya, petunjuk, dan
peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. Nabi Isa ingin meluruskan tafsiran
orang-orang Yahudi terhadap syariat di mana mereka menyampaikan tafsir dari
syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan kepentingan mereka. Nabi Isa
menenangkan orang-orang yang menjaga syariat bahawa ia tidak datang untuk
menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk menyempurnakannya dan
menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih menekankan pada penafsiran
esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memberi pengertian kepada
orang-orang Yahudi bahawa sepuluh wasiat yang dibawa oleh Isa mengandung
makna-makna yang lebih dalam dari apa yang mereka bayangkan. Wasiat yang keenam
bukan hanya melarang pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka fahami tetapi
juga menyangkut penindasan dan usaha mencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat
yang ke tujuh bukan hanya melarang zina (dalam pengertian terjadinya hubungan
antara laki-laki dengan perempuan melalui cara-cara yang tidak sah), tetapi zina
berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada dosa. Misalnya, ketika mata
diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat seksual, maka itu pun
berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi manusia untuk
menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat menghancurkannya daripada ia harus
hancur dengan mata itu sendiri. Syariat yang dibawa oleh Isa melarang untuk
melanggar sumpah dan janji Nabi Isa memberi pengertian kepada kaumnya bahawa
hendaklah mereka tidak melakukan sumpah palsu kerana merupakan "kesalahan besar jika nama Allah dibuat main-main di atas
mulut-mulut manusia." (Injil Mata 21 sampai 48).
Dakwah
Nabi Isa juga berbenturan dengan arus materialisme yang sangat mendominasi
masyarakat saat itu. Oleh kerana itu, beliau mengingatkan manusia dari perbuatan
munafik, pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga beliau mengingatkan mereka
dari sifat rakus terhadap kekayaan dunia; beliau mengingatkan agar jangan sampai
mereka menimbun harta di dunia. Yakni, hendak lah mereka tidak memfokuskan
perhatian mereka pada urusan-urusan duniawi semata yang sifatnya tidak abadi.
Tetapi hendaklah mereka memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal yang bersifat
samawi (ukhrawi) kerana itu bersifat abadi.
Nabi Isa
memberitahu kepada masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang yang teliti
saat memilih gaya hidup mereka kerana pada gilirannya akal mereka akan menjadi
cermin darinya. Kecenderungan manusia itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati
tertuju kepada cahaya langit, maka kehidupan manusia akan tampak bersinar tetapi
jika hati tertuju pada kegelapan dunia, maka kehidupannya pun tampak gelap. Nabi
Isa mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih dan cinta dunia. Beliau mengajak
mereka untuk teliti dalam memilih majikan yang mereka mengabdi kepadanya kerana
manusia tidak dapat mengabdi kepada dua majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia
akan menjadikan harta sebagai majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan
Allah SWT sebagai tuannya. Jika ia menyembah harta, maka berarti ia jauh dari
penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh kerana itu, hendaklah manusia menjauhi
dunia, seperti makanan dan pakaian di mana mereka akan dikuasai oleh kegelisahan
dan ketidaktenangan serta keraguan tentang penjagaan Allah SWT kepada mereka.
Allah SWT telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan hamba-hamba-Nya dalam
kehidupan. Ketika timbul kegelisahan dan keraguan pada diri mereka, maka itu
dikeranakan keraguan mereka terhadap penjagaan Allah SWT dan ketidakpercayaan
mereka kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya serta bimbingan-Nya. Allah SWT lah
yang menciptakan mereka dan Dia pula yang menjamin kehidupan mereka dan
melindungi mereka. Bahkan Dia juga melindungi makhluk yang paling kecil
urusannya seperti burung di langit dan kumbang-kumbang di
kebun.
Nabi Isa
memberitahu kaumnya bahawa hanya memperhatikan dunia adalah hal yang salah, yang
tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu adalah sikap para
penyembah berhala kerana penyembah berhala tidak mengetahui apa yang lebih baik
darinya, sedangkan orang- orang yang beragama mengetahui bahawa di sana terdapat
bimbingan Ilahi yang mengajak mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak
begitu peduli dengan dunia. Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka
lebih daripada apa yang mereka ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka dan
akan menjamin kehidupan mereka. kerana itu, yang layak bagi mereka adalah,
hendaklah mereka memohon agar diberi kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya.
Yakni kehidupan rohani dan apa yang dikandungnya dari kebahagiaan
abadi.
Di
samping itu, Nabi Isa menasihati mereka agar jangan terlalu pusing dengan
kejadian-kejadian yang akan datang dan persoalan-persoalan esok hari kerana esok
hari sudah berjalan sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan penderitaan datang
silih berganti, maka bantuan dan perlindungan Ilahi pun terus datang silih
berganti. Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di
tengah-tengah masyarakat. Kita saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan
kebaikan yang ditujukan kepada diri mereka, maka mereka pun biasa untuk
melakukan kejahatan kepada orang-orang lain. Demikianlah, kehidupan orang-orang
Yahudi dicemari sikap dualisme ini. Nabi Isa mewasiatkan kepada manusia agar
mereka memperlakukan sesama mereka sesuai dengan akidah yang mengatakan:
"Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau memperlakukan dirimu
sendiri"
Nabi Isa
terus melangsungkan dakwahnya dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT
serta tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau juga mengajak manusia untuk
membersihkan rohani serta hati dan berusaha memasuki kerajaan langit. Dakwah
Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para pendeta Yahudi. Kalimat-kalimat yang
dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata yang siap menerpa wajah mereka dan
menyatakan peperangan terhadap mereka serta menyingkap kedok kemunafikan mereka.
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur dalam masalah tersebut kerana
mereka melihat bahawa itu hanya sekadar perselisihan dalaman antara
kelompok-kelompok Yahudi. Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi sibuk dengan
masalah mereka sendiri dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka pun tidak turut
campur.
Kemudian
para pendeta Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan untuk menyingkirkan
Isa. Mereka ingin mengusir Isa dan membuktikan bahawa Isa datang untuk
menghancurkan syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk merejam wanita yang
berzina. Para pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang salah yang berhak direjam.
Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: "Tidakkah syariat
menetapkan untuk merejam wanita yang bersalah?" Isa menjawab: "Benar," Mereka
berkata: "Ini adalah wanita yang bersalah." Isa memandang wanita itu dan ia pun
melihat para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahawa para pendeta Yahudi lebih
banyak kesalahannya daripada wanita tersebut. Para pendeta itu menunggu jawapan
Isa. Jika ia mengatakan bahawa wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia
menentang syariat Musa, dan jika ia mengatakan bahawa ia berhak dibunuh, maka ia
justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan toleransi.
Nabi Isa memahami bahawa ini adalah persekongkolan. Beliau tersenyum dan
wajahnya tampak bercahaya. Kemudian beliau melihat para pendeta Yahudi dan
wanita itu sambil berkata: "Barang siapa di antara kalian yang tidak memiliki
kesalahan, maka hendaklah ia merejam wanita itu."
Suara
beliau yang keras itu memecahkan keheningan tempat penyembahan. Beliau
menetapkan peraturan baru yang berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada
orang yang berbuat salah. Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum
orang yang salah dan tidak berhak seseorang pun dari kalangan manusia untuk
menghukum orang yang bersalah jika ia sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya
adalah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi dan Allah SWT adalah Maha
Pengasih di antara yang mengasihi.
Nabi Isa
keluar dari tempat penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar dari
belakangnya. Lalu wanita itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol dari minyak
yang berharga. Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di atas kedua
kaki Isa lalu menciumnya dan membasuhnya dengan minyak wangi dan air mata.
Setelah itu, ia mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi wanita itu,
al- Masih mempakan harapan terakhir yang dapat menyelamatkannya. Lalu keluarlah
dari belakang Isa seorang tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri menyaksikan
pemandangan tersebut dan ia merasa kagum terhadap kasih sayang Isa. Isa melihat
kepadanya dan bertanya; "Seorang kreditor yang memiliki dua orang debitor, salah
satunya berhutang lima ratus dinar dan yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu
berkata: "Ya." Isa berkata: "Tak seorang pun dari mereka berdua yang memiliki
wang yang cukup untuk melunasi wangnya. Lalu si kreditor memaafkan mereka dan
membebaskan mereka dari hutang." Pendeta berkata: "Ya." Kemudian Isa bertanya:
"Siapa di antara mereka yang paling senang kepada kreditor itu?" Pendeta
menjawab: "Tentu yang berhutang lebih besar.'' Isa berkata: "Benar apa yang
engkau ucapkan. Lihatlah wanita ini. Aku telah masuk ke rumahmu tetapi engkau
tidak memberikan kepadaku air agar aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu
membasuh kedua kakiku dengan air mata lalu ia mengusapnya dengan rambut
kepalanya. Begitu juga engkau tidak memberikan ciuman kepadaku tetapi wanita ini
tidak merasa puas dengan hanya mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat
keras tetapi hati wanita itu dipenuhi dengan rasa cinta. Maka barang siapa yang
banyak mencintai nescaya kesalahan-kesalahannya akan diampun." Kemudian Isa
menoleh ke wanita itu dan memerintahkannya untuk bangkit dari tanah sambil
berkata: "Ya Allah, ampunilah wanita ini dan hilangkanlah
kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa
berusaha menyedarkan para pendeta Yahudi bahawa para dai yang menyeru di jalan
Allah SWT bukanlah algojo yang bengis yang menerapkan hukum syariat tanpa
melihat keadaan masyarakat yang bersalah, tetapi mereka datang dan membawa
ajaran Allah SWT yang merupakan ajaran yang penuh dengan rahmat kepada manusia.
Jadi, rahmat adalah tujuan semua dakwah Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi
itu sendiri mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum mereka.
Isa
terus berdoa kepada Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh kaumnya
agar menyayangi diri mereka sendiri dan beriman kepada Allah SWT. Kehidupan Nabi
Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman
berkata, sebagaimana diriwayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa menemui kaumnya dengan
memakai pakaian dari wol. Beliau keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil
menangis serta wajahnya tampak pucat kerana kelaparan dan bibimya tampak kering
kerana kehausan. Nabi Isa berkata, "salam kepada kalian wahai Bani Israil. Aku
adalah seseorang yang meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah
SWT, tanpa bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana
rumahku?" Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa
menjawab: "Rumahku adalah masjid, wewangianku adalah air makananku adalah rasa
lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan solatku di waktu musim dingin di
saat matahari terletak di timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku
terbuat dari wol, syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia,
teman-temanku adalah orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan
orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati sesuatu
pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak menemukan
sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan tidak
tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?"
Isa
terus melakukan dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah SWT. Nabi Isa
mampu membuat bentuk burung dari tanah kemudian ia meniupnya, maka tanah itu
menjadi burung dengan izin Allah SWT. Selain itu, hujung bajunya yang sederhana
jika tersentuh orang yang sakit, maka orang itu akan sembuh. Bahkan jika Isa
meletakkan tangannya di atas mata orang yang buta atau orang yang terkena sakit
belang nescaya ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh mukjizat yang luar
biasa. Bahkan beliau mampu menghidupkan orang-orang yang mati dari kuburan
mereka sehingga mereka keluar dalam keadaan hidup dengan izin Allah
SWT.
Para
ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Isa menghidupkan empat orang. Pertama,
al-Azir yaitu temannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari seorang tua, dan
seorang anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu. Mereka adalah tiga orang
yang mati di zaman Nabi Isa. Ketika orang- orang Yahudi melihat hal tersebut,
mereka berkata: "Engkau menghidupkan orang-orang yang mati dan kematian mereka
tidak lama .Barangkali mereka tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan
tidak sedarkan diri atau mati suri. Lalu mereka meminta kepada Nabi Isa untuk
membangkitkan Sam bin Nuh dari kematiannya.
Para
ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di manakah kaum
kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa sehingga mereka mencapai
kuburan. Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar menghidupkan orang yang mati
di situ. Sam bin Nuh keluar dari kuburannya, dan rambut dikepala-nya tampak
beruban. Isa berkata kepadanya: "Bagaimana rambut di kepalamu bisa beruban,
sementara di zamanmu kau tidak. ada uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku
mendengar engkau berdoa untukku lalu aku mendengar suara yang mengatakan, aku
akan mengabulkan wahai Ruhullah. Aku mengira bahawa kiamat telah tiba. kerana
takutnya kepada hal itu sehingga rambut di kepalaku beruban."
Apa pun
yang dikatakan berkaitan dengan cerita itu yang menyebutkan tentang bagaimana
Nabi Isa menghidupkan orang-orang yang mati, namun kita tidak mengetahui konteks
Al-Qu'ran serta perincian-perincian yang menjelaskan hal tersebut. Allah SWT
hanya menyebutkan bahawa Isa menghidupkan orang-orang yang mati dengan izin-Nya.
Kita percaya bahawa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka tetapi kita tidak
mengetahui apakah mereka mati kembali setelah dihidupkan atau mereka sempat
menjalani kehidupan selama beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan di jalan Allah
SWT. Beliau membuat bagi mereka apa yang disebut dengan hukum roh. Beliau
menaiki gunung dan para sahabat- sahabatnya berdiri di sekitarnya. Nabi Isa
melihat orang-orang yang beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang yang
fakir, orang-orang yang menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah mereka
sedikit sebagaimana lazimnya jumlah para pengikut nabi.
Gunung
diliputi dengan awan tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai berbicara:
"Sungguh beruntung bagi orang-orang miskin kerana mereka memiliki kerajaan
langit. Beruntunglah orang-orang yang sedih kerana mereka akan menjadi
orang-orang yang mulia. Beruntunglah yang diserahi amanat kerana mereka akan
mewarisi bumi. Beruntunglah orang- orang yang lapar dan haus kerana mereka akan
dikenyangkan. Beruntunglah orang-orang yang menyayangi kerana mereka akan
disayangi. Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya kerana mereka akan
melihat Allah SWT. Beruntunglah orang-orang yang tertindas demi mempertahankan
kebenaran kerana mereka akan mendapatkan kerajaan langit. Kalian adalah garam
bumi jika garam telah rosak, maka siapa gerangan yang dapat mengembalikannya
menjadi garam kembali." Renungkanlah kedalaman ungkapan dari Nabi Isa, "kalian
adalah garam bumi."
Garam
adalah sesuatu yang memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam makanan akan
menjadi hambar. Yakni, tanpa orang-orang mukmin, maka cita rasa kehidupan terasa
tidak bermakna; tanpa kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang
ikhlas terhadap Allah SWT akan tampak kehidupan sangat berat dan tidak berarti.
Di samping itu, kehadiran manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi pun
sia-sia, dan keagungan manusia sebagai hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan
pada gilirannya kehidupan akan dipenuhi dengan kejahatan dan
keburukan.
Allah
SWT teiah mewahyukan kepada "garam bumi" agar mereka beriman kepada Nabi Isa.
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada
pengikut-pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada
rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul)
bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS.
al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka
menyatakan keislaman kepadanya, sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran ajaran
Nabi Sulaiman dan menyatakan keislaman padanya, dan sebagaimana semua para nabi
menyatakan keislaman. Hakikat ajaran para nabi terbatas kepada pernyataan
keislaman dan semua nabi menyeru kepada jalan tauhid dan jalan Islam. Islam
dalam pandangan kami memiliki makna yang lebih dalam daripada tauhid. Pengakuan
seseorang terhadap Allah SWT dan keimanan akan keesaan-Nya dalam menciptakan
makhluk tidak mencegah orang itu untuk berbuat dosa, sedangkan keislaman atau
penyerahan hati dan anggota badan serta pemikiran kepada Allah SWT merupakan
suatu tingkatan sedikit lebih tinggi. Ini adalah tingkat kepatuhan orang-orang
yang patuh dan puncak ketauhidan orang-orang yang bertauhid. Itu adalah
keserasian antara tindakan dengan fikiran, yaitu usaha manusia untuk menghindari
kesalahan dan memurnikan amal hanya untuk Allah SWT. Al-Quran al- Karim
memberitahu kita bahawa Allah SWT menyampaikan wahyu kepada al-Hawariyin agar
mereka beriman kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah
kita renungkanlah sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin. Kita
mengetahui bahawa Allah SWT mewahyukan kepada manusia dan kepada makhluk-makhluk
lainnya. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..."
(QS. an-Nahl: 68)
Yang
dimaksud dengan wahyu di sini adalah memberikan ilham kepada makhluk agar mereka
menuju ke jalan fitrahnya yang telah Allah SWT gariskan di atasnya sehingga
mereka mencapai jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat tentang jawapan Nabi
Musa terhadap pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun berkata: 'Siapakah Tuhan kamu berdua wahai Musa. "
(QS. Thaha: 49)
"Musa berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah
memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya kemudian memberinya
petunjuk. " (QS. Thaha: 50)
Makna di
sana dan di sini sama. Makna yang sama tersebut diterapkan kepada kaum Hawariyin
di mana wahyu Allah SWT terhadap mereka berupa pemberian ilham kepada mereka
demi kebaikan mereka dan kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak bertentangan
dengan ikhtiar mereka dan usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan tidak
bertentangan dengan kebebasan mereka. Allah SWT telah melihat hati mereka yang
dipenuhi dengan kebaikan. Dia melihat mereka sebagai garam bumi, maka Allah SWT
mewahyukan kepada mereka agar beriman kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka
pun beriman dan mereka pun bersaksi bahawa mereka orang-orang yang berserah diri
atau Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin menyembunyikan keimanan mereka
sehingga Isa merasakan kekufuran kaumnya semakin menjadi-jadi lalu Isa memanggil
mereka: "Siapakah di antara kalian yang menolong aku menuju jalan Allah SWT?"
Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani
Israil) berkatalah dia: 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk
menegakkan (agama) Allah?' Para Hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab:
'Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan
saksikanlah bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri.
Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan
telah kami ikuti rasul, kerana itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-
orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran: 52-53)
Nas
Al-Quran menunjukkan bahawa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti Islam
sehingga mereka pun berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahawa Nabi Isa
menyampaikan khabar gembira dengan kedatangan seorang rasul yang datang
setelahnya yang bernama Ahmad. Dikatakan dalam Al-Quran:
"Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: 'Hai Bani
Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang
turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya)
seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka
tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata,
mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang nyata.'" (QS. Shaff:
6)
Kita
tidak mengetahui secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan khabar berita tentang
kedatangan seorang rasul ini yang datang setelah masanya, yaitu Ahmad saw.
Apakah khabar berita itu beliau sampaikan dipermulaan pengutusannya kepada
manusia, atau apakah beliau menyampaikan khabar itu pada akhir masa dakwahnya
dan sebelum beliau diangkat ke langit? Tetapi melihat konteks Al-Quran tampaknya
khabar berita tersebut itu disampaikan di permulaan dakwahnya, sebagaimana
firman-Nya: "Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'lni adalah sihir yang
nyata.'"
Kata
ganti (dhamir) dalam ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat tersebut
menunjukkan bahawa Nabi Isa menyampaikan khabar gembira dengan datangnya
Muhammad atau Ahmad ketika Allah SWT mengutus kepada kaumnya. Kemudian
terjadilah di hadapan Nabi Isa berbagai macam mukjizat yang luar biasa seperti
penghidupan orang yang mati, peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa
datang membawa bukti- bukti yang jelas ini, maka mereka menuduhnya bahawa ia
membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahawa tuduhan semacam ini telah dialamatkan
kepada sebahagian besar para nabi sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahawa nabi
yang terakhir pun akan mendapatkan tuduhan yang sama. Oleh kerana itu, nabi yang
mulia itu tetap berdakwah di jalan Allah SWT dan tidak peduli dengan tuduhan
kaumnya yang mengatakan bahawa beliau membawa sihir.
Kemudian
pertentangan antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin meningkat. Mereka adalah
orang-orang yang hatinya keras, yang membeku di hadapan kebenaran. Isa datang
kepada mereka dan menghancurkan segala pemikiran mereka dan kehidupan mereka
serta sistem mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa terfokus kepada kebenaran,
kedamaian dan keadilan dan pada saat yang sama mengumumkan peperangan terhadap
kehidupan orang-orang yang lalim yang telah menjauhi kebenaran. keadilan, dan
kedamaian. Injil Mata menyebutkan melalui lisan Isa: "Janganlah kalian mengira
bahawa aku membawa kedamaian ke muka bumi. Aku tidak datang hanya membawa
kedamaian tetapi aku datang membawa pedang."
Kalimat
tersebut menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah para nabi. Para
nabi adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan di medan
peperangan beraneka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya adalah pejuang. Mereka
memulai peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu suatu tekad mengatakan
bahawa tiada Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu tentu berbenturan dengan
kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh manusia, baik tuhan-tuhan yang
terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu sangat mengganggu ketenangan
orang-orang yang lalim atau penguasa yang bengis serta sangat melawan
kepentingan mereka, sehingga para raja dan para penguasa seperti biasanya
bergerak menentang nabi kecuali orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.
Para pembesar dari kalangan kaum nabi menentang nabi. Al-Mala' adalah para
pembesar sebagaimana telah kami jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan sesudahnya.
Kemudian Nabi terus melangsungkan peperangan mewujudkan tekadnya: Nabi
meletakkan dasar peperangannya dengan menyampaikan ketuhanan Allah
SWT.
Setelah
meneguhkan dasar yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak seorang pun berhak
untuk menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai budak kerana penghambaan
hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama di antara mereka
sehingga tidak berhak seseorang untuk memanfaatkan kekuatan manusia untuk
membangun kejayaan peribadinya atau untuk memperkaya dirinya dengan merugikan
orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat buruk terhadap mereka
dalam berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi berarti mengganti dan
mengubah sistem yang rosak yang didirikan oleh para pembesar kaumnya. Kalau
begitu, ia adalah dakwah yang menyatakan peperangan dan kerana itu seseorang
nabi harus membawa senjata. Setelah meneguhkan pemikiran tersebut, dimulailah
peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia berlindung di balik senjata dan
senjata yang dimiliki oleh setiap nabi berbeza-beza.
Mula-mula seorang nabi tidak menggunakan senjata apa pun
dalam peperangannya selain berusaha untuk membangkitkan akal. Lalu peperangan
semakin meningkat sehingga nabi terpaksa untuk menggunakan senjata. Para musuh
memaksanya untuk menggunakan senjata sehingga para nabi pun menggunakan senjata.
Di sini setiap nabi mempunyai senjata yang berbeza-beza. Terkadang senjata
seorang nabi berupa mukjizat yang dapat menghentikan langkah dan menghancurkan
mereka seperti taufan (kisah Nabi Nuh) atau angin (kisah Nabi Hud), dan
terkadang senjata para nabi adalah mukjizat yang membantunya untuk mengalahkan
musuh-musuhnya secara pasti seperti ditundukkannya jin dan burung baginya (kisah
Nabi Sulaiman) dan senjata nabi berupa mukjizat yang menyelamatkannya dari tipu
daya musuh seperti berubahnya api menjadi sesuatu yang dingin dan membawa
keselamatan (kisah Nabi Ibrahim) dan terkadang senjata nabi yang luar biasa yang
memperkuat dakwahnya seperti menghidupkan orang-orang yang mati (kisah Nabi Isa)
dan terkadang senjata nabi berupa pedang yang dipegang di tangannya saat ia
melangsungkan peperangan dan mempertahankan dakwahnya (kisah Nabi Muhammad
saw).
Jadi,
senjata para nabi berbeza-beza, baik dalam bentuk kualiti mahupun kapasitinya.
Allah SWT mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita ketahui sehingga
Allah SWT sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk setiap nabi. Dan tak
seorang nabi pun yang tinggal di suatu tempat sementara ia tidak berjuang dan
tidak bergerak dan tidak mengalami penderitaan dari kaumnya. Oleh kerana itu,
sesuai dengan kadar kesabaran para nabi dan perjuangan mereka dalam menyampaikan
dakwah di jalan Allah SWT, mereka layak untuk mendapatkan tempat yang istimewa
di sisi Allah SWT.
Isa bin
Maryam telah menyampaikan bahawa beliau adalah seorang pejuang yang membawa
senjata. Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan masyarakat yang keras,
masyarakat yang bodoh. Masyarakat di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan,
kesyirikan, kebohongan, kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman dan tidak
ada kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa menghancurkan semua
ini. Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa dakwahnya di jalan Allah SWT bukan
terfokus pada dakwah kedamaian tetapi dalam hal-hal tertentu dakwahnya pun
berisi pernyataan perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha
dipertahankan oleh yang bersangkutan sampai titis darah penghabisan. Timbulnya
pemikiran- pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tidak hanya bersandar
kepada idealismenya tetapi nilainya justru bersandar kepada usaha keras yang
dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka mempertahankannya. Tanpa peperangan
dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan menjadi pemikiran-pemikiran yang
sekadar idealisme yang tidak akan menghentikan seseorang pun dan tidak akan
membangkitkan seseorang pun.
Kita
mengetahui bahawa sebahagian besar nabi berhadapan dengan kelompok besar dari
masyarakat yang menentangnya dan berusaha memeranginya. Mula-mula mereka
mengejeknya dan pada akhirnya mereka berusaha untuk membunuhnya. Kita mengetahui
bahawa para nabi berusaha mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran yang
dibawanya. Melalui kisah para nabi, kita mengetahui bahawa bagaimana serangan
masyarakat, para pembesar, dan para penguasa terhadap para nabi tetapi pada saat
yang sama kita seakan-akan tidak melihat bagaimana serangan para nabi terhadap
mereka. Penjelasan dari hal itu sangat mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh
kebatilan atas para nabi didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat di
mana mereka memiliki berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para nabi,
sedangkan para nabi hanya menyandarkan kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu
Allah SWT; kekuatan yang tidak berdasarkan pada sebab- sebab tertentu atau tidak
peduli dengan tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para
nabi hanya terus melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha
membangkitkan akal dan hati serta menyucikan roh. Keteguhan sikap para nabi ini
bagi musuh-musuh mereka merupakan masalah yang besar. Dakwah nabi juga menjamah
suatu keluarga di mana seorang ayah dapat beriman sementara seorang anak dapat
menentang atau seorang anak dapat beriman sementara si ayah dapat menentang atau
seorang isteri beriman atau seorang suami kafir atau seorang suami beriman
sementara si isteri kafir. Perbezaan anak laki-laki dengan ayahnya dan seorang
isteri dengan suaminya menimbulkan permusuhan di dalam rumah-rumah. Dengan
terjadinya hal ini, masyarakat bergerak untuk menentang nabi dan semakin
meningkatkan tekanan-tekanan mereka kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian
mereka kepada nabi semakin meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan nabi itu
yang bagi mereka telah memisahkan antara ayah dan anaknya atau ia datang untuk
memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.
Kemudian
seorang nabi meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang mengikutinya, yaitu
undang-undang pokok yang membatalkan undang- undang yang tidak sesuai dengannya.
Undang-undang ini tampak dalam kalimat nabi: "pertama-tama cinta kepada Allah
dan kemudian cinta kepada nabi dan setelah itu cinta kepada sesama manusia."
Makna-makna yang demikian ini tercermin secara jelas dari kalimat-kalimat Isa
yang disampaikan oleh Injil Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih
berkata: "Janganlah engkau mengira bahawa aku datang membawa kedamaian di bumi,
aku datang bukan hanya membawa kedamaian tetapi pedang. Aku datang untuk
menjadikan seorang anak berbeza dengan ayahnya dan seorang anak perempuan
berbeza dengan ibunya sehingga musuh seseorang justru terdapat pada keluarganya.
Maka barang siapa yang mencintai ibunya dan ayahnya lebih dari kecintaannya
kepadaku, maka ia tidak berhak mencintaiku, dan barang siapa yang mencintai anak
laki-lakinya dan perempuannya lebih dariku, maka ia tidak berhak mengikutiku.
Meskipun kehidupannya tampak beruntung sebenarnya ia telah rugi, dan barang
siapa yang kehidupannya merugi kerana aku, maka sebenarnya ia telah
beruntung."
Penjelas
Injil mengatakan: "Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al- Masih adalah, ketika
al-Masih datang, maka semua pengikutnya akan merampas kekayaan dan kejayaan di
dunia ini lalu ia hanya memberi mereka ketenangan dan kedamaian. Ketika al-Masih
datang, ia menjelaskan kepada para muridnya bahawa hal tersebut tidak benar,
kerana jika ia datang untuk memberikan kedamaian kepada para pengikutnya, maka
mereka akan terancam kelaliman dan mereka akan mati kerana tajamnya pedang. Maka
hendaklah mereka tidak mengharapkan kedamaian tetapi peperangan; hendaklah
mereka tidak mengharapkan keserasian tetapi perpecahan." Demikianlah masyarakat
Yahudi terbagi menjadi dua kelompok: kelompok orang-orang yang fakir,
orang-orang yang lemah dan orang-orang yang bersih hatinya bersama Isa,
sedangkan kelompok majoriti menentang Isa. Bahkan kelompok majoriti kafir itu
sering menyakiti Isa.
Injil
Mata menceritakan penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia menceritakan
bagaimana kemarahan al-Masih terhadap orang-orang yang tidak mengabdi kepada
Yuhana (Yahya) dengan baik atau mengabdi kepadanya secara peribadi dengan baik.
Injil Mata mengutip pernyataan Isa sebagai berikut: "Dengan apa aku menyerupakan
generasi ini, Sesungguhnya mereka menyerupai anak-anak kecil yang duduk di pasar
yang berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "Kami telah
meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami mengasihi kalian tetapi kalian
tidak menangis." Yuhana telah datang dan tidak makan dan minum tetapi mereka
mengatakan, sesungguhnya ia terkena syaitan. lalu datanglah seorang anak manusia
yang makan dan minum lalu mereka mengatakan, ia adalah seorang yang ahli makan
dan ahli minum khamer."
Dokumen
itu menunjukkan penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan yang akan
dihadapinya. Penderitaan yang dialami oleh hati suci al-Masih adalah sebagai
tindakan generasi tersebut di mana beliau diutus di dalamnya sebagai orang yang
memberi petunjuk dan menyampaikan berita gembira tentang kerajaan langit. Beliau
menyerupakan generasi Yahudi itu dengan anak-anak kecil yang duduk- duduk di
pasar sambil berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "kami
telah meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami berbelas kasih kepada
kalian tetapi kalian tidak menangis." Al-Masih mengisyaratkan dengan pernyataan
itu tentang apa yang diperbuat anak- anak kecil saat mereka bermain-main, di
mana biasanya mereka meniru orang-orang yang besar saat mereka bergembira dengan
menari-nari dan saat mereka sedih mereka menangis. Demikianlah mereka sangat
cepat berubah antara bergembira dan sedih tanpa melalui pertimbangan dan
kesedaran. Demikianlah keadaan orang-orang Yahudi saat mereka mengabdi kepada
Yahya, kemudian saat mereka mengabdi kepada al- Masih. Yahya telah datang kepada
mereka dalam keadaan menangis, tidak makan dan tidak minum dari apa yang mereka
makan dan yang mereka minum. Ia tidak bergaul dengan sembarangan manusia. Telah
datang kepada mereka seorang nabi yang ahli ibadah tetapi kebanyakan mereka
menolaknya dan mereka mengatakan bahawa ia terkena syaitan. Kemudian datang
kepada mereka al-Masih di mana ia makan dan minum bersama pada acara walimah dan
hari raya lalu mereka pun menolaknya dan mengatakan bahawa ia suka makan dan
minum khamer padahal beliau adalah cermin terbesar dalam menghilangkan syahwat
dan kesucian yang sempurna.
Alhasil,
generasi itu adalah generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak ada
sesuatu pun yang dapat mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau bertaubat.
Meskipun demikian, di sana terdapat kelompok kecil dari manusia yang terpengaruh
dan bertaubat. Dokumen tersebut menunjukkan betapa beratnya penderitaan Isa di
tengah-tengah generasi yang sezaman dengannya. Isa mengalami banyak penderitaan
dalam menyampaikan dakwahnya. Isa banyak menderita di tengah-tengah kaum yang
fikiran mereka belum matang. Mereka tak ubahnya seperti anak- anak kecil yang
suka bermain-main. Kaum yang tak tergugah oleh kalimat-kalimat yang baik dan
mereka tidak bergerak atau tersentuh ketika menyaksikan mukjizat-mukjizat yang
luar biasa.
Allah
SWT kembali memperkuat Isa dengan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan. Mukjizat
di sini adalah senjata yang diberikan Allah SWT kepada nabi-Nya agar nabi
tersebut menjadi tenteram dan agar menambah keyakinan orang-orang yang beriman
kepadanya, sedangkan bagi orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah
kekufuran mereka sehingga Allah SWT memberikan pembalasan yang setimpal kepada
kedua kelompok tersebut. Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Isa bin Maryam
yang lain adalah, Allah SWT mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan makanan
dari langit. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa
putera Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?'
Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang
beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram
hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan
kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putera Maryam
berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari
langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi
orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda
bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling
Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu
kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka
sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah Aku timpakan
kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)
Barangkali kita terhairan-hairan ketika memperhatikan
perkataan Hawariyin, "wahai Isa bin Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin
pertama-tama yang terlintas dalam fikiran kita berkenaan dalam ayat tersebut
adalah, keraguan Hawariyin terhadap kekuatan atau kekuasaan Allah SWT. Bagaimana
hal itu mampu mereka laku-kan sedangkan mereka adalah murid-murid Isa yang
beriman dan berserah diri kepada Allah SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat
tersebut, para ulama berbeza pendapat. Sebahagian ulama mengatakan, bahawa
pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti apakah Tuhanmu bisa?
Kemudian mereka mencarikan alasan yang membenarkan perkataan Hawariyin itu
dengan mengatakan bahawa pertanyaan itu dilontarkan saat mereka baru saja
mengikuti Isa, sebelum mereka banyak mengetahui Allah SWT. Oleh kerana itu, Isa
berkata dalam jawapannya terhadap pertanyaan mereka, bertakwalah kepada Allah
SWT jika kamu benar-benar orang mukmin. Yakni, janganlah kalian meragukan
kekuasaan atau kekuatan Allah SWT.
Qurthubi
menampik tafsir ini. Hawariyin adalah para penolong Allah SWT, sesuai dengan nas
Al-Quran dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah SWT untuk tidak mengetahui
kekuatan-Nya, apalagi meragukan kekuasaan-Nya. Sebahagian ulama mengatakan
bahawa perkataan tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama Hawariyin yang
berasal dari Bani Israil dan tidak seorang pun dari Hawariyin yang mengatakan
demikian kecuali mereka hanya sekadar menukil perkataan tersebut. Ada pendapat
lain lagi yang mengatakan bahawa ayat tersebut tidak dibaca 'hal yastathi'
rabbuka' tetapi dibaca 'hal tastathi' rabbaka' sebagaimana bacaan Aisyah dan
sebagaimana dibaca oleh Nabi. Maknanya, "apakah engkau mampu menghadirkan
kekuatan Tuhanmu terhadap apa yang engkau minta." Ada pendapat yang lain
mengatakan ia dibaca 'hal tastathi' rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk
berdoa kepada Tuhanmu atau meminta-Nya."
Sebahagian kaum sufi berpendapat bahawa kaum Hawariyin
bukan tidak mengetahui kekuasaan Allah SWT tetapi pertanyaan itu justru
bersumber dari cinta kepada Allah SWT dan keinginan menyaksikan kekuasaan Allah
SWT. Sikap mereka ini menyerupai dengan perbezaan tingkatan sikap Nabi Ibrahim
as ketika beliau mengatakan:
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati?' Allah berfirman: 'Apakah kamu belum percaya?'
Ibrahim menjawab: 'Saya telah percaya, tetapi agar bertambah mantap hatiku.'"
(QS. al-Baqarah: 260)
Oleh
kerana itu, kaum Hawariyin berkata: "Dan hati kami menjadi mantap," sebagaimana
Nabi Ibrahim berkata: "Agar bertambah mantap hatiku." Inilah tafsir yang membuat
kita puas dan membuat hati kita tenang. Nabi Isa menjawab pertanyaan mereka:
'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.' Yakni,
hati-hatilah kalian dengan banyak bertanya dan menguji Allah SWT kerana kalian
tidak mengetahui apa yang boleh kalian minta untuk didatangkan bukti- bukti
kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi Isa, jika kalian benar-benar beriman
terfokus kepada apa yang dibawanya yang berupa mukjizat- mukjizat atau
tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa bermaksud untuk mengatakan,
sesungguhnya apa yang telah aku bawa dari mukjizat- mukjizat bagi kalian
seharusnya sudah cukup membuat hati kalian mantap. "Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa
kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum
Hawariyin menjelaskan kepada Isa sebab pertanyaan mereka ketika beliau
melarangnya. Jika Nabi Isa keluar, maka beliau diikuti lima ribu orang atau
lebih. Sebahagian mereka dari kalangan Hawariyin dan sebahagian yang lain
campuran di antara pengikutnya dan musuhnya. Dikatakan bahawa mereka berpuasa
dan mereka tidak mempunyai makanan, lalu para pengikut berkata kepada kaum
Hawariyin, "Tanyalah kepada Isa apakah ia mampu berdoa kepada Tuhannya sehingga
diturunkan kepada kita makanan dari langit." Kemudian kaum Hawariyin pergi
dengan membawa surat kaum itu kepada Isa. Ketika Isa meminta mereka untuk merasa
cukup dengan mukjizat-mukjizat sebelumnya, mereka kembali melontarkan kebenaran
permintaan mereka: 'Kami ingin memakan hidangan itu. Mereka adalah orang-orang
yang lapar sementara mereka tidak mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati
kami.
Hati
kaum Hawariyin menjadi tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para pengikut
pun merasa hatinya tenang dan mengakui bahawa Isa adalah Nabi yang diutus untuk
mereka. Dan hati musuh juga menjadi tenang kerana mereka menyaksikan kebatilan
mereka sehingga pilihan mereka untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu
saat mereka akan diminta pertanggungjawaban.
"Dan
supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami. Yakni kami
mengetahui bahawa engkau utusan Allah. Dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami menyaksikan keesaan Allah dan risalah dan
kenabianmu. Dan bagi orang lain yang tidak menyaksikannya, maka kami akan
menceritakan kepada mereka peristiwa yang terjadi."
Isa
putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu
bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi
tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang
Paling Utama.'
Ketika
kaum Hawariyin bertanya kepada Isa bin M aram agar diturunkan makanan dari
langit, maka Nabi Isa berdiri dan meletakkan pakaian dari kulit wol kemudian
beliau melangkahkan kakinya dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan
kirinya, lalu beliau menundukkan kepalanya dalam keadaan khusyuk dan tunduk
kepada Ala SWT. Kemudian beliau membuka matanya dan menangis sehingga air
matanya membasahi janggutnya bahkan mencapai dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan
kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit... Allah
berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu
kepadamu.
Lalu
turunlah makanan besar dari celah dua awan: satu awan di atasnya satu awan di
bawahnya. Saat itu manusia melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah jadikanlah
makanan ini sebagai rahmat dan jangan menjadi fitnah." Lalu turunlah di depan
Nabi Isa sapu tangan yang menutupinya kemudian Nabi Isa tersungkur dalam keadaan
sujud yang diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka mendapati suatu bau yang harum
yang belum pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa
berkata, "Siapakah di antara kalian yang paling ikhlas dan paling percaya kepada
Allah SWT agar ia membuka makanan itu sehingga kita bisa makan darinya serta
berzikir kepada Allah SWT atasnya serta bersyukur kepadanya." Kaum Hawariyin
berkata: "Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau lebih berhak daripada kami dalam
hal itu.", maka Nabi Isa berdiri lalu beliau mengambil wuduk dan solat. Kemudian
beliau banyak berdoa sambil duduk di sisi makanan itu dan membukanya. Tiba- tiba
di atas makanan itu terdapat ikan yang lazat yang tidak ada durinya. Nabi Isa
ditanya: "Wahai Ruhullah, apakah ini makanan dari dunia atau dari syurga?" Nabi
Isa menjawab: "Bukankah Tuhan kalian melarang kalian untuk bertanya pertanyaan
semacam ini. Ia turun dari langit dan tidak ada makanan sepertinya di dunia dan
ia bukan berasal dari syurga tetapi ia adalah sesuatu yang Allah SWT ciptakan
dengan kekuasaan yang luar biasa di mana Dia cukup mengatakan "jadilah, maka
jadilah."
Para
mufasir berbeza pendapat sekitar bentuk makanan yang diturunkan kepada Isa,
apakah itu ikan atau daging? Apakah roti atau buah-buahan? Kami memandang bahawa
pembahasan-pembahasan ini kurang penting. Sesuatu yang paling penting yang perlu
kita perhatikan adalah apa yang dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia
diciptakan oleh Allah SWT dengan kekuasaan yang mengagumkan di mana Dia cukup
mengatakan "Jadilah, maka jadilah ia."
Inilah
hakikat makanan tersebut. Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yaitu
suatu tanda yang Allah SWT mengancam bagi siapa yang menentangnya Dia akan
menyeksanya dengan azab yang belum pernah diterima oleh seseorang pun di dunia.
Para ulama berbeza pendapat apakah makanan tersebut memang diturunkan atau
tidak, tetapi menurut pendapat majoriti dan ini yang benar makanan tersebut
memang diturunkan, sesuai dengan firman Allah SWT: "Aku akan menurunkan hidangan
itu bagimu. "
Dikatakan bahawa ribuan pengikut Nabi Isa memakannya dan
makanan tersebut tidak habis. Setiap orang yang buta ia sembuh dari butanya dan
setiap orang yang belang ia sembuh dari belangnya akibat memakan hidangan itu.
Alhasil, setelah menyantap makanan itu, orang yang sakit sembuh dari
penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu dijadikan hari raya dari hari
raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa. Kemudian berita dan
peristiwa turunnya makanan itu mulai hilang dan mulai dilupakan sehingga kita
tidak menemukan beritanya hari ini di Injil- Injil yang mereka akui. Setelah
peristiwa makanan yang Allah SWT ceritakan dalam surah al-Maidah, Allah SWT
menunjukkan kepada kita sikap lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah SWT berkata
setelah menceritakan kepada kita tentang turunnya mukjizat makanan dari
langit:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putera
Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua
orang tuhan selain Allah!' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau beri padaku (mengatakan)nya
yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap
mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku,
Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu. Jika Engkau menyeksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman: 'lni adalah suatu hari
yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka syurga
yang di bawahnya mengalir sungai- sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya.
Itulah keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan
bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
(QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan
ayat-ayat tersebut, Al-Quran menutup surah al-Maidah. Demikianlah konteks
Al-Quran berpindah secara mengejutkan dari turunnya makanan kepada sikap atau
dialog antara Allah SWT dan Isa bin Maryam pada hari kiamat. Allah SWT bertanya
pada hari kiamat: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:
'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'
Para
ahli ilmu sepakat bahawa pertanyaan tersebut bukan bersifat pertanyaan murni
meskipun tampak dalam bentuk pertanyaan kerana Allah SWT mengetahui apa yang
dikatakan oleh Isa. Tentu yang dimaksud dengan pertanyaan itu adalah sesuatu
yang lain. Ada yang mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud memberitahu Isa bahawa
kaumnya telah mengubah ajarannya sepeninggalannya. Dan mereka telah mendapatkan
fitnah. Ada lagi yang mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud dari pertanyaan itu
untuk mencela orang-orang yang mengubah akidah Nabi Isa setelah beliau tidak
ada. Kami kira pertanyaan tersebut memuat dua makna dan mencakup makna yang
lain.
Allah
SWT ingin menyingkap dan memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang terakhir
bahawa Nabi Isa terlepas dari berbagai macam tuduhan, dan apa saja yang
dilakukan kaumnya sepeninggalannya. Konteks Al- Quran menunjukkan tentang
peristiwa ghaib yang belum terjadi meskipun akan terjadi pada hari kiamat. Oleh
kerana itu, Al-Quran menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi (kata kerja bentuk
lampau). Al-Quran menyampaikan berita ghaib ini kepada penduduk dunia agar
mereka mengetahui hakikat Isa bin Maryam.
Allah
SWT bertanya kepadanya dan Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi besar, Isa
tidak menjawab kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya Allah.'
Sebelum menjawab, Isa memulai dengan tasbih dan menyucikan Allah SWT. Nabi Isa
menampakkan kepatuhan dan ketundukan kepada kemuliaan Allah SWT dan rasa takut
terhadap azab- Nya. Qurthubi menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika
Allah SWT berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia jadikanlah
aku dan ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak gementar terhadap perkataan
itu sehingga ia mendengar rintihan dari tulang-tulangnya di dalam jasadnya lalu
ia berkata: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Tidak mungkin aku memutuskan sesuatu yang tidak aku
miliki, yang diriku tidak dapat melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan
seorang yang disembah: Jika aku pernah mengatakannya maha tentulah Engkau telah
mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa menyampaikan jawapannya kepada Allah
SWT dan ia mengembalikan sesuatu kepada Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui
terhadap apa yang dikatakannya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan
aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Yakni, Engkau mengetahui apa
yang aku sembunyikan sedangkan aku tidak mengetahui apa yang engkau sembunyikan.
Engkau mengetahui rahsiaku dan apa yang terlintas dalam hatiku dan aku tidak
mengetahui apa yang Engkau sembunyikan dari ilmu ghaib-Mu. Sesungguhnya Engkau
Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang
ghaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka
setelah Engkau angkat aku dari bumi: 'Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka
kecuali apa yang Engkau kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah,
Tuhanku, dan Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin
Maryam. Dia hanya mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak
menyekutukan-Nya: Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di
antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi mereka saat aku tinggal di
tengah- tengah mereka dan mengajak mereka ke jalan yang benar. Maka setelah
Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah
mempunyai tiga bentuk: Pertama, wafat dalam pengertian kematian, sebagaimana
firman Allah SWT:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya." (QS.
az-Zumar: 42)
Yakni
ketika tercabutnya ajal. Kedua, bahawa wafat adalah tidur, sebagaimana firman
Allah SWT:
"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari. " (QS.
al-An'am: 60)
Yakni
yang menidurkan kalian. Ketiga, wafat berarti pengangkatan, sebagaimana firman
Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu kepada
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran:
55)
Demikianlah Isa terbebas dari apa yang mereka katakan dan
apa yang mereka nisbatkan kepadanya. Isa mengumumkan bahawa dakwahnya tidak
lebih dari sekadar ajakan untuk bertauhid dan tidak keluar dari kerangka Islam
yang diakui oleh pengikutnya. Kemudian Isa kembali menyampaikan pembicaraannya
dan meminta belas kasihan kepada Allah SWT: Jika Engkau menyeksa mereka, maka
sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari makhluk yang
mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci
Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan kekuasaan. Pada akhirnya,
mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak memiliki apa-apa di hadapan
tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'
Isa
tidak mengatakan jika Engkau mengampuni mereka, maka Engkau Maha Pengampun dan
Maha Pengasih. Jadi, jawapan Isa terfokus pada penyerahan diri dan kepatuhan
serta tunduk kepada kemuliaan Allah SWT dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi
Isa adalah hamba-hamba Allah SWT yang patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka
Dia akan menyeksa mereka sesuai dengan seksaan yang layak mereka terima, dan
jika Dia berkehendak, maka Dia akan mengampuni mereka kerana Dia mengetahui
kerana mereka memang layak untuk mendapatkan ampunan. Dengan penyerahan yang
mutlak ini, Isa menyampaikan jawapan atas pertanyaan Allah SWT dan beliau
berlepas diri dari apa yang dikatakan oleh kaumnya sepeninggalannya. Isa
menyampaikan - pada awal pembicaraannya - bahawa hanya Allah SWT yang patut
disembah, dan pada akhir pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya
kepada Allah SWT. Allah berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka.
Allah
SWT memuji ketulusan Isa, dan kerana dialog tersebut terjadi pada hari kiamat,
Allah SWT berfirman: "Hari ini adalah hari kiamat di mana orang-orang yang benar
akan dapat mengambil manfaat dari kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka di
sana akan mereka temukan balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka
syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-
selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya.
"
Demikianlah balasan orang-orang yang benar, syurga. Dan ada
balasan yang lebih baik dari syurga, yaitu kepuasan (redha) seorang hamba
terhadap Allah SWT dan keredhaan Allah SWT terhadap hamba. Pengertian kepuasan
seorang hamba adalah kegembiraannya terhadap penyembahan kepada Allah SWT
sedangkan pengertian keredhaan Allah SWT terhadap hamba-Nya adalah rahmat yang
diberikan-Nya kepada mereka: Itulah keberuntungan yang paling besar.' Setelah
itu Allah SWT, memberitahukan hakikat Isa dan seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan
Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu." Allah SWT adalah Penguasa satu-satunya dan Dia
Pencipta satu-satunya. Selain-Nya adalah hamba.
Isa
terus melangsungkan dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui bahawa
singgasana mereka terancam hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak untuk
menangkapnya. Orang-orang Yahudi menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai
macam tuduhan. Isa dikatakan sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah
syariat dan mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan
syaitan. Ketika mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Nabi
Isa dan mereka melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di
sekitarnya, maka mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka mempengaruhi
orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur kerana
menganggap bahawa perselisihan-perselisihan antara orang-orang Yahudi adalah
perselisihan yang terjadi demi memperebutkan kepentingan sesama mereka. Lalu
diadakanlah majlis Sanhadurim (yaitu majlis undang-undang tertinggi dari
kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat persekongkolan demi
menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil bentuk yang
baru.
Ketika
orang-orang Yahudi tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka berfikir untuk
membunuhnya. Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat
suatu kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang
tidak menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Ketika
para kepala Yahudi bermusyawarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang
dua belas pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al- Iskhriyutha. Ia berkata kepada
mereka, "Apa yang kalian berikan jika aku berhasil menyerahkannya kepada
kalian."
"Meja
pengkhianatan telah digelar di antara mereka dan dimulailah perundingan.
Orang-orang Yahudi berusaha mencari titik temu dan mereka sepakat untuk
memberinya tiga puluh lempeng dari perak. Ini adalah harga yang biasa mereka
lakukan untuk membeli seorang budak sesuai dengan syariat Yahudi." (penjelasan
Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang menetapkan untuk menangkap
al-Masih dan kemudian membunuhnya. Dikatakan bahawa kepala pendeta Yahudi
merobek-robek bajunya secara dramatis di suatu pertemuan agama dan ia berteriak,
"sungguh Isa telah kafir." Pero bukan baju dalam tradisi orang-orang Yahudi
dilakukan ketika mereka mendengar atau melihat sesuatu yang mengandung
penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak memiliki kekuasaan untuk
menetapkan hukum bunuh pada saat itu. Semua itu dilakukan oleh kekuasaan
penguasa Romawi. Tetapi tampaknya mereka berhasil meyakinkan kekuasaan Romawi
bahawa Isa telah membuat rencana untuk melengserkan kekuasaan Romawi atau mereka
berhasil meyakinkan penguasa Romawi bahawa masalah yang mereka hadapi murni
berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka. Kemudian mereka
menyarankan agar penguasa tidak turut campur atas apa yang mereka tetapkan.
Demikianlah konspirasi itu telah ditetapkan dan telah diputuskan bahawa Isa
harus ditangkap dan kemudian disalib.
Empat
Injil yang diakui oleh kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang proses
pembunuhan Isa di mana beliau disalib kemudian beliau bangkit dari kematiannya
dan naik ke langit. Semua Injil ini sepakat tentang proses penyaliban Isa dan
kematiannya, sebagaimana mereka sepakat tentang tabiat Isa yang mengandung
ketuhanan yang bercampur dengan tabiatnya sebagai manusia. Kami akan
menyampaikan keyakinan orang-orang Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana
diyakini oleh majoriti kaum Nasrani saat ini, kemudian kami akan mengemukakan
keyakinan Islam tentang Isa sebagaimana diceritakan oleh Al-Quran al- Karim dan
disampaikan oleh para ulama dan disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan
membicarakan hal-hal yang perlu dibicarakan berkaitan hubungan antara kaum
Muslim dan kaum Masehi serta kaitannya dengan akidah mereka.
Injil
Mata mengatakan, "Isa ditangkap dan majlis Sanhadirum memutuskan bahawa ia harus
dibunuh. Kemudian para anggota majlis itu dari kepala-kepala para pendeta dan
para tokoh mereka menghinanya dan mengejeknya serta berbuat aniaya terhadapnya
bahkan mereka meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka
berkata, "beritahukanlah wahai al-Masih siapa yang memukulmu." Setelah itu
al-Masih ditangkap dan ia ditetapkan untuk dibunuh.
Adalah
sudah menjadi tradisi di kalangan orang-orang Romawi untuk mencambuk orang yang
ditetapkan untuk dibunuh sebelum pelaksanaan hukum tersebut. Oleh kerana itu,
para penguasa Romawi menetapkan agar al-Masih dicambuk terlebih dahulu.
Sedangkan syariat Musa menetapkan agar cambukan itu tidak melebihi empat puluh
kali, namun orang-orang Romawi tidak berhenti pada batasan ini bahkan mereka
terus mencambuk korban dengan cambukan yang kejam dan terus- menerus sehingga
punggung yang bersangkutan hampir saja patah dan nafasnya nyaris tinggal
sedikit. Setelah itu, mereka mulai melaksanakan hukum bunuh kepadanya.
Demikianlah yang dilakukan oleh tentera terhadap penyelamat kita. (Injil Mata
26)
Selesailah proses pecambukan, lalu penguasa Romawi
menyerahkan Isa kepada tentera agar mereka menyalibnya. Kemudian para tentera
membuat sesuatu hal yang bermaksud untuk menghibur. Mereka mencabut pakaian Isa
yang dilumuri dengan darah yang ada luka di tubuhnya setelah proses pencabukan,
lalu mereka memakaikan pakaian merah dengan maksud untuk mengejeknya. Para raja
biasanya memakai pakaian merah. Mereka terus menghinanya. Mereka memakaikannya
mahkota dari duri dan meletakkannya di atas kepalanya. (Injil Mata
26)
Akhirnya, mereka sampai pada suatu tempat yang bernama
Jaljatsah, yaitu suatu tempat di luar pagar Ursyilim. Tradisi Yahudi menetapkan
untuk memberi satu gelas khamer yang bercampur dengan minyak wangi bagi orang
yang ditetapkan untuk dihukum mati sebelum pelaksanaan hukum. Ini dimaksudkan
sebagai alat pembius untuk meringankan penderitaannya. Tetapi para tentera
menentang tradisi ini dan mereka memberi al-Masih satu gelas dari cuka yang
bercampur dengan sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks
Injil mata mengatakan (cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh tujuh:
"Sehingga mereka sampai ke suatu tempat yang bernama Jaljatsah lalu mereka
memberinya minuman keras yang bercampur dengan empedu agar ia meminumnya. Ketika
ia merasakannya, ia enggan untuk meminumnya. Kemudian mereka menyalibnya.
Kemudian mereka duduk di sana menjaganya dan meletakkan di atas kepalanya suatu
tuduhan yang tertulis: Ini adalah Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar
menyalibnya bersama Yasim. Salah seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan
yang lain di sebelah kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di tempat itu
mencelanya dan berkata, "wahai yang menghancurkan tempat sembahan dan yang
membangunnya pada tiga hari, selamatkanlah dirimu dan jika engkau adalah anak
Allah, maka turunlah dari tempat penyaliban itu."
Demikianlah sebahagian riwayat kaum Masehi tentang proses
penyaliban serta penafsiran mereka berkaitan dengannya. Kami telah menukilnya
tanpa memperhatikan tentang catatan yang terdapat dalam Injil Mata yang terbaru,
yaitu ia merupakan catatan yang paling baik dalam bentuknya yang terkumpul dari
ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh agama Masehi sehingga ia lebih mudah untuk
difahami dan lebih sederhana. Kami telah mengemukakan sebahagiannya kepada Anda
dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam akidah Islam disebutkan suatu riwayat
yang berbeza dengan riwayat yang ada dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang,
baik yang berhubungan dengan kehidupan akhir yang dialami oleh Isa mahupun
tabiat Isa yang merupakan sumber perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Quran
al-Karim menceritakan bahawa Allah SWT tidak menghendaki Bani Israil untuk
membunuh Isa atau menyalibnya tetapi Allah SWT menyelamatkannya dari kekufuran
mereka lalu mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka tidak berhasil membunuhnya dan
tidak berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan seperti orang-orang di antara
mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan
kerana ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh al- Masih, Isa putera
Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula
menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa
bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan)
Isa, benar- benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahawa yang mereka bunuh itu adalah
Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepadanya." (QS.
an-Nisa': 157-158)
Dan
Allah SWT juga berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya
Aku akan menyampaikan kamu pada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta
membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. " (QS. Ali 'Imran:
55)
Para
ulama-ulama Islam sepakat atas hal itu dan mereka berselisih pendapat tentang
cara beragumentasi terhadap apa yang mereka yakini sebagai kebenaran. Sebahagian
mereka meyakini nas-nas Al-Quran saja yang menyebut tentang Isa al-Masih dan
mereka tidak mendukungnya atau memperkuatnya dengan kitab-kitab lain selain
Al-Quran. Kedua metode tersebut memiliki titik kekuatan tersendiri. Orang yang
berpegangan dengan pendapat yang pertama mengatakan bahawa Nabi melarang untuk
membahas kitab-kitab pegangan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama
mereka dan bagi kita agama kita dan hanya Allah SWT yang akan memutuskan segala
perselisihan di antara kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang yang berpegangan dengan cara yang
kedua mengatakan bahawa larangan Nabi tersebut terjadi pada permulaan masa Islam
di mana kaum Muslim sangat dekat dengan masa jahiliah. Nabi memerintahkan mereka
agar tidak disibukkan dengan kitab-kitab lain selain kitab mereka, yakni
Al-Quran. Yang demikian ini dimaksudkan agar mereka memiliki akidah yang kuat
dan keyakinan mereka benar- benar tertanam dalam diri mereka, Tetapi ilmu dan
pandangan ilmiah menetapkan bahawa seorang yang alim harus banyak menggali
kitab- kitab kuno dalam rangka mengetahui kebenaran dan jika ia mendapati
sesuatu yang sesuai dengan apa yang didapatinya dengan kebenaran, maka hatinya
akan lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan dengan kelompok yang pertama yang
merasa cukup dengan Al-Quran, kita tidak menemukan perincian-perincian yang
mendalam berkenaan dengan usaha penangkapan Isa, bagaimana proses
pengangkatannya ke langit, di mana Isa diserupakan dengan salah seorang di
antara mereka, bagaimana dia diserupakan dengan salah seorang di antara mereka.
Allah SWT telah menyerupakannya dengan salah seorang di antara mereka sedangkan
Nabi Isa diangkat ke langit. Demikianlah penjelasan singkat mereka, tidak ada
penambahan lagi. Sedangkan kelompok yang kedua, mereka melontarkan kisah secara
lengkap. Mereka mengatakan bahawa Allah SWT menyerupakan Isa dengan Yahuda.
Yahuda ini adalah Yahuda al- Askhariyutha yang menurut Injil ia menjualnya
kepada musuh-musuhnya dan menunjukkan kepada mereka tentang keberadaannya. Ia
adalah seorang muridnya yang terpilih. Demikian ini sesuai dengan Injil Barnabas
di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para tentera mendekat bersama Yahuda di
tempat yang di situ terdapat Yasu', maka Yasu' mendengar kedatangan segerombolan
orang yang menuju tempatnya. Oleh kerana itu, ia segera pergi ke rumah dalam
keadaan takut. Di dalam rumah itu terdapat sebelas orang yang tidur. Ketika
Allah melihat bahaya akan mengancam hamba-Nya, maka Dia memerintahkan Jibril,
Mikail, dan Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail) yang mereka semua adalah para
utusan- Nya untuk mengambil Yasu' dari dunia. Lalu datanglah malaikat-malaikat
yang suci di mana mereka mengambil Yasu' dari pintu yang dekat dengan arah
selatan. Mereka membawanya dan meletakkannya di langit yang ketiga dengan
disertai para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah selama-lamanya. Yahuda
masuk secara paksa ke kamar yang di situlah Yasu' diangkat ke langit. Saat itu
murid-murid sedang tidur semuanya, lalu Allah mendatangkan keajaiban yang luar
biasa di mana Yahuda berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia sangat
mirip sekali dengan Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun ia (Yahuda)
setelah membangunkan kami, ia mencari-cari di mana si guru berada. Oleh kerana
itu, kami merasa heran dan kami menjawab, "bukankah engkau wahai tuanku guru
kami, apakah sekarang engkau telah melupakan kami?" Demikianlah kisah yang
terdapat dalam Injil Barnabas. Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul yang
Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang
sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan." (QS. al-Maidah:
75)
Para
ulama berkata, "Al-Masih dinamakan al-Masih kerana ia mengusap bumi dan
membersihkannya serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah di zaman
itu kerana saking hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi kepadanya dan bagaimana
usaha mereka untuk menciptakan dusta padanya dan kepada ibunya as." Banyak ulama
yang meriwayatkan tentang kesucian spirituil dari Nabi Isa. Abu Hurairah
meriwayatkan dari Nabi bahawa beliau menceritakan tentang al-Masih sebagai
berikut: "Isa melihat seorang lelaki yang mencuri lalu ia berkata: "Wahai si
fulan apakah engkau mencuri?" Orang itu berkata: "Tidak, demi Allah aku tidak
mencuri," Isa berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT dan penglihatanku telah
berbohong." Ini menunjukkan kesucian rohani Isa di mana ia lebih memilih sumpah
orang itu atas apa yang disaksikannya. Ia membayangkan bahawa orang tersebut
tidak akan bersumpah dan membawa nama Allah SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta
sehingga ia menerima penyataannya dan ia kembali kepada dirinya sendiri sambil
berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT, yakni aku mempercayaimu dan mataku telah
berbohong kerana engkau telah bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan
bahawa suatu hari Nabi Isa berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati
bangkai anjing yang busuk baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat terpukul dan
sangat menderita dengan bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata:
"Lihatlah betapa putih giginya."
Isa
ingin mengajari manusia bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana Nabi Isa
menekankan agar mereka lebih melihat kepada keindahan dan kebaikan. Dakwah Nabi
Isa merupakan puncak dari ketinggian rohani dan idealisme yang mengagumkan di
mana Beliau lebih menekankan kebaikan daripada keburukan. Rasulullah berkata:
"Semua para nabi adalah saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan
dari berbagai macam ibu dan aku adalah manusia yang utama begitu juga Isa bin
Maryam di mana tidak ada nabi setelahku dan sesudahnya." Dalam berbagai riwayat
disebutkan bahawa Nabi Isa akan turun pada akhir zaman. Islam sangat memberikan
penghormatan kepada Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi
ulul azmi yang besar. Islam menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah
diberikan kepada Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam
agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya al-Masih Isa putera Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang
terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan
tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.' Berhentilah dari ucapan itu.
(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari
mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah
Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba
bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat malaikat yang terdekat (kepada
Alah). Barang siapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti
Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadanya. Adapun orang-orang yang beriman
dan berbuat amal soleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan
menambah untuk mereka sebahagian dari kurnia- Nya. Adapun orang-orang yang
enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyeksa mereka dengan seksaan
yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan
penolong selain dari Allah. " (QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu
Katsir berkata dalam Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa berselisih
pendapat setelah Nabi Isa diangkat ke langit. Sebahagian mereka mengatakan, di
tengah-tengah kita ada hamba Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus). Sebahagian lagi
mengatakan, dia adalah Allah. Yang lain lagi mengatakan, dia adalah anak Allah.
Mereka berselisih pendapat tentang Injil yang menyebutkan berbagai kebohongan di
mana terdapat di dalamnya penambahan, pengurangan, dan pergantian. Al-Quran al-
Karim telah membahas persoalan ketuhanan. Ia menjelaskan bahawa Allah SWT Maha
Suci dari segala sekutu dan anak dan segala hal yang menyerupai-Nya serta segala
bentuk ingkarnasi, kejauhan, kedekatan dan pencapaian pandangan mata. Allah SWT
berfirman:
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.'Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. " (QS.
al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as Allah berfirman: "Sesungguhnya misal
(penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah'
(seorang manusia), maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran: 59)
"Mereka (orang-orang kafir) berkata: Allah mempunyai anak.'
Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan
Allah; semua tunduk kepadanya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia
berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan
kepadanya: 'Jadilah', lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah:
116-117)
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putera Allah' dan
orang-orang Nasrani berkata: Al-Masih itu putera Allah.' Demikian itulah ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu.
Mereka di laknat oleh Allah; bagaimana mereka sampai berpaling?" (QS. Al-Aubah:
30)
Nas
tersebut mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti mereka
dari umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada keyakinan
penyaliban Isa, tentang tebusan dan kebangkitan Tuhan yang disembelih serta
penentangannya terhadap para pengikutnya setelah kematiannya.
Allah
SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafilah orang-orang yang berkata:
'Sesungguhnya Allah itu ialah al-Masih putera Maryam.' Katakanlah: 'Maka
siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia
hendak membinasakan al-Masih putera Maryam itu berserta ibunya dan seluruh
orang-orang yang berada di bumi semuanya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang
dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. al-Maidah:
17)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah
salah seorang dari yang tiga,' padahal sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan
Yang Esa." (QS. al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Quran al-Karim menyebutkan sikap berbagai
aliran yang saling berlawanan yang tumbuh setelah pengangkatan al-Masih.
Al-Quran menjelaskan bahawa al-Masih adalah hamba Allah SWT dan seorang rasul
yang diutus kepada Bani Israil. Kata hamba dan rasul adalah kata yang sangat
jelas ertinya, adapun yang dimaksud dengan al-Kalimah dan ar- Roh, maka kedua
kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum Muslim memahami bahawa al-Kalimah adalah
petunjuk Allah SWT yang diberikan-Nya kepada Maryam sedangkan ar-Roh adalah
menunjukkan atau mengisyaratkan kepada Roh Kudus, yaitu Jibril as. Allah SWT
telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan roh yakni
Jibril:
"Dan (ingatlah) ketika Aku dukung kamu dengan Ruhul Kudus."
(QS. al-Maidah: 110)
Setelah
mengemukakan keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan akhir dari
kehidupannya dan setelah menjelaskan kebenaran yang Allah SWT ceritakan kepada
kita tentang karakter tersebut dan akhir dari kehidupan yang dialami oleh Nabi
Isa, kita ingin mengetahui apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslim dalam
hubungan mereka dengan orang-orang Masehi serta keyakinan mereka. Islam
menetapkan atau menyampaikan nas-nas yang jelas yang mengkhususkan agama Masehi
- di antara agama-agama yang lain - dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari
ketuhanan al-Masih; ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang
dilakukannya. Namun Al-Quran menegaskan dalam nasnya bahawa agama Nasrani
merupakan agama yang lebih dekat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang- orang Yahudi dan
orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang demikian itu disebabkan kerana di
antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga) kerana sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS.
al-Maidah: 82)
Allah
SWT memuji para pengikut al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya. Allah SWT
berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya
rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah (keadaan
tidak menikah dan mengurung diri di biara) padahal kami tidak mewajibkannya
kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakannya untuk mencari
keredhaan Allah." (QS. al-Hadid: 27)
Tidak
terdapat kontradiksi dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al- Quran terhadap
ketuhanan al-Masih dan pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani serta
pujiannya terhadap orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih
dari satu: Pertama, bahawa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat sulit
bagi para pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah SWT yang
mengakui hakikat apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan
orang-orang Nasrani terdapat para pendeta dan para rahib yang tidak bersikap
congkak di hadapan Allah SWT tetapi mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya;
ketiga, sebahagian pengikut Nabi Isa memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih
sayang dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali
dari keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT telah menetapkan perintah-Nya
kepada kaum Muslim agar mereka memperlakukan ahlul kitab dengan perlakuan yang
mulia dan baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk menentukan keyakinan
pada setiap manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua
orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS. Yunus:
99)
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah." (QS. al-
Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada
suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
bahawa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain
sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada
mereka: 'Saksikanlah, bahawa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri
(kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita
perhatikan bahawa ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara memperlakukan kaum
Masehi sebagai individu sebagaimana ia berbicara tentang bagaimana kita
memperlakukan keyakinan mereka. Sehubungan dengan kaum Masehi sebagai individu,
kita menyaksikan ayat-ayat tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang
mereka perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas mengatakan bahawa mereka
lebih dekat kecintaannya kepada orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang
menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan dan
kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan dengan keyakinan
mereka, di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang melarang untuk memaksa
manusia dalam bentuk apa pun. Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka
barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang
ingin kafir biarlah ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29)
Yang
demikian itu, kerana keimanan yang didahului dengan paksaan adalah bukan
keimanan kerana ia berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal itu
adalah syarat dari keimanan. Dan barangkali inilah yang menunjukkan kesempurnaan
Islam di lihat dari sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus
memaksakan tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT
dari kesalahan dan kebodohan bahawa Islam dengan sikapnya itu ingin menjauhkan
para pengikutnya dari kalangan awam dari perdebatan yang panjang dan melelahkan
seputar keyakinan orang lain. Tentu perdebatan tersebut tidak akan berhujung dan
akan menjadi seperti debat kusir saja. Namun tugas tersebut hanya di emban oleh
para ulama, di mana mereka membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai
keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi
tanggung jawab dalam hal itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan
aliran- aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan orang-
orang awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat lelah
saja.
Islam
akan kembali menjadi asing dan akan kembali menjadi asing seperti pertama kali
terbit. Dalam suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang Muslim berhasil
membangun suatu individu Muslim yang kukuh. Dan ketika bangunan tersebut telah
selesai, maka sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar
bahawa salah seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang
tidak berhujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya memberi petunjuk
kepada orang lain sehingga orang tersebut mengetahui jalan menuju Allah SWT
adalah perbuatan yang indah, tetapi hidayah tersebut didahului dengan tekad
seseorang untuk memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya
orang-orang Islam membimbing mereka menuju jalan Allah SWT nescaya Allah SWT
memberi petunjuk melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari
hamba-hamba-Nya.
Al-Quran
menetapkan dua mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab Injil:
pertama mukjizat yang berupa pembicaraannya saat ia masih menyusui di buaian.
Dan yang kedua mukjizat makanan yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin.
Sebagaimana Al-Quran menetapkan kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Isa saat ia
diselamatkan dari tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyeksanya
atau membunuhnya sehingga Nabi Isa terselamatkan dan dia diangkat ke langit.
Rasulullah saw mewasiatkan kepada sahabatnya agar mereka memperlakukan
orang-orang Masehi dengan penuh kebaikan, bahkan beliau menikahi Maria
al-Qibthiya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahawa seseorang lelaki
dari Bani Salim bin Auf yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang
masih Kristen, lalu ia masuk Islam dan bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana
seandainya ia harus memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka
berdua menolak agama lain selain agama Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan
ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS.
al-Baqarah: 256)
Ketika
para utusan Najran dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk berunding
dengan Nabi, maka beliau memberi mereka setengah dari masjidnya agar mereka
dapat melaksanakan solat dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu hari
Rasulullah saw berdiri untuk melakukan solat kepada seseorang jenazah lalu
dikatakan kepadanya bahawa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah
menjawab: "Bukankah ia adalah manusia." Dalam kesempatan lain Rasulullah saw
bersabda: "Barang siapa yang mengganggu secara aniaya seorang Yahudi atau
seorang Nasrani, maka aku akan jadi musuhnya pada hari kiamat." Terkadang
kekuasaan akan langgeng meskipun disertai dengan kekufuran tetapi ia tidak akan
abadi ketika disertai dengan kelaliman.
Para
ulama Islam berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah
pengangkatannya. Mereka sepakat bahawa beliau tidak disalib tetapi Allah SWT
mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak disalib, maka bagaimana
keadaannya setelah itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati seperti matinya
nabi yang lain? Majoriti mengatakan bahawa Allah SWT mengangkat Isa dengan
fiziknya dan rohnya di sisi- Nya. Mereka mengambil zahir dari
firman-Nya:
"Tetapi Allah mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa':
158)
Juga
sebahagian hadis yang mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain
dari kalangan mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoriti, mereka
mengatakan bahawa Nabi Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya sebagaimana Dia
mematikan nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat rohnya di sisi-Nya sebagaimana roh
para nabi diangkat, begitu juga roh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan
syuhada. Mereka mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya
Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku
serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir." (QS. Ali 'Imran:
55)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: